Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Misteri Kematian Van Gogh, Bunuh Diri atau Dibunuh?




Kematian sang maestro yang meninggal di usia muda itu memang telah lama menyisakan misteri. Apa yang sebenarnya terjadi pada tanggal 27 Juli 1889, ketika ia pulang dengan memegangi perutnya yang terluka bersimbah darah. Dugaan kalau ia bunuh diri menyeruak mengingat pelukis ternama ini mengalami semacam gangguan kejiwaan, tetapi anehnya mengapa ia sempat pulang ke rumah dan juga memesan cat dalam jumlah besar sebelumnya jika memang ia berniat bunuh diri. Mungkinkah ia sebenarnya dibunuh?!

Vincent van Gogh yang lahir di Zundert, Belanda pada 30 Maret 1853 dikenal sebagai pelukis pascaimpresionis terkemuka. Ia menciptakan lebih dari 2.100 karya seni, di mana sebagian besarnya dibuat pada dua tahun terakhir masa hidupnya. Namun sebenarnya kehidupan sang jenius ini begitu suram dan itu semua seolah ditutup dengan sempurna dengan kematiannya yang tragis. 

Saat ini hasil karya-karya seni Van Gogh boleh jadi bernilai sangat mahal. Namun ketika ia masih hidup, Van Gogh merupakan pelukis miskin yang kerap didera gangguan psikologis, bahkan ia pernah menjadi penghuni rumah sakit jiwa. Reputasinya mulai tumbuh saat ia mulai terkenal pada awal abad 20. Beberapa tahun setelahnya, karya-karya Van Gogh sukses besar baik dari segi popularitas maupun komersil.


Kehidupan Van Gogh yang Singkat

Vincent Van Gogh sebenarnya lahir dari keluarga yang cukup berada. Ibunya berasal dari kalangan orang kaya. Masa kecil Van Gogh dijalani dengan normal dan ibunya banyak mengarahkannya ke seni lukis yang memang telah terlihat sebagai kelebihannya sejak kecil.

Pada tahun 1869, Van Gogh muda diberikan pekerjaan oleh pamannya di Goupil & Cie, sebuah perusahaan seni di Den Haag. Empat tahun kemudian ia dikirim ke cabang Goupil di London. Setelah itu Van Gogh sering berpindah-pindah tempat tinggal. Ia pernah menetap di Paris, lalu kemudian kembali ke Inggris dan bekerja sebagai guru pengganti di sebuah sekolah asrama.

Vincent van Gogh

Hanya setahun berselang ia pindah lagi ke Amsterdam, lalu sempat pula menjadi misionaris di Petit-Wasmes, Belgia. Ia juga sempat tinggal bersama adiknya, Theo. Hubungannya dengan Theo sebenarnya cukup dekat. Bahkan Theo lah yang mengongkosi biaya hidup Vincent Van Gogh selama beberapa tahun hidupnya. Total Van Gogh pernah berpindah hingga 37 kali. Entah mengapa ia seolah tak pernah kerasan hidup di satu tempat dalam waktu lama.

Baca juga: Misteri dan Konspirasi di Balik Kematian Marilyn Monroe

Van Gogh beberapa kali jatuh sakit. Hal ini dipicu oleh kebiasaan buruknya. Van Gogh dikenal sebagai perokok berat dan suka minum-minum. Bahkan dalam waktu lama makanan yang menemaninya selama melukis hanyalah roti dan pipa tembakau.

Van Gogh berteman cukup dekat dengan pelukis Perancis, Paul Gauguin. Sebuah peristiwa tragis pernah menimpa Van Gogh setelah bertengkar dengan Gauguin. Entah bagaimana ceritanya, Van Gogh memotong telinga kirinya sendiri. 

Gauguin mengatakan bahwa setelah pertengkaran itu, Van Gogh mengikutinya dengan pisau cukur di tangannya. Telinga yang putus itu sendiri tak dapat disatukan kembali karena sudah terlambat. Namun anehnya Van Gogh sama sekali tak ingat bagaimana ia memotong telinganya sendiri. 

Setelah bertengkar dengan Gauguin, ia diduga mengalami kekalutan mental akut dan halusinasi pendengaran parah sehingga memotong sendiri telinganya. Gogh sendiri setelah melakukan hal gila itu, membebat lukanya dengan perban dan membungkus telinganya yang sudah putus tadi dengan kertas, lalu mengirimkannya pada seorang wanita di rumah bordil yang sering dikunjunginya dengan Gauguin.

Lukisan potret di mana Van Gogh dengan telinga diperban

Setelah peristiwa itu, Van Gogh berhasil pulih secara fisik, namun tidak dengan mentalnya. Ia seringkali mengalami halusinasi yang menyebabkannya sering merasa keracunan padahal tidak terjadi apa-apa. Hal ini terus menerus berlangsung dan membuatnya keluar masuk rumah sakit.

Menurut beberapa pakar, Van Gogh mengidap gangguan jiwa yang sifatnya episodik, alias kadang kambuh, kadang normal. Isabella H. Perry pada tahun 1947 berpendapat bahwa Van Gogh sebenarnya menderita gangguan bipolar. Kondisi kesehatannya sendiri yang buruk diperparah dengan malgizi, insomnia, kerja di luar batas, dan tentunya alkohol dan rokok.

Hingga akhirya pada 8 Mei 1889 ia memutuskan untuk masuk ke rumah sakit jiwa di Saint Remy. Setahun kemudia, Van Gogh meninggalkan rumah sakit itu dan pindah ke Auvers-sur-Oise dekat Paris. Di sana dirinya tinggal di Auberge Ravoux. Di sana ia sempat terus melukis sambil dirawat oleh seorang doker homeopati bernama Paul Gachet.


Kematian yang Tragis

Pada malam hari tanggal 27 Juli 1890, Van Gogh berjalan terseok-seok kembali ke tempat tinggalnya di Auberge Ravoux. Sambil masuk ke kontrakannya dengan memegangi perutnya, darah mengalir di pakaiannya.

Auberge Ravoux, tempat tinggal Vincent van Gogh di akhir hidupnya

Sebuah peluru tertanam di tubuhnya. Arah peluru itu melenceng sedikit membentur salah satu tulang rusuknya, namun tak mengenai organ dalam.

Baca juga: Kematian Tragis Cleopatra dan Makamnya yang Misterius

Van Gogh kemudian diobati oleh dua orang dokter. Sayangnya kedua dokter itu bukan dokter bedah, sehingga mereka tak dapat melakukan tindakan apa-apa terhadap peluru yang masih bersarang di tubuhnya. Kedua dokter itu akhirnya hanya melakukan perawatan semampunya. Mereka kemudian meninggalkan Van Gogh saat itu yang beristirahat seorang diri sambil menghisap tembakau kesukaannya.

Keesokan paginya, adiknya, Theo datang tergopoh-gopoh mengkhawatirkan kakaknya. Namun Van Gogh sendiri justru memberikan ekspresi gembira seolah tak terjadi apa-apa. Namun beberapa jam kemudian kondisi Van Gogh menurun dan tubuhnya kian melemah. Pada dini hari tanggal 29 Juli 1890 sang jenius lukis itu meninggal dunia. Usianya baru 37 tahun saat itu.

Vincent Van Gogh dimakamkan keesokan harinya tanggal 30 Juli di tanah pemakaman Auvers-sur-Oise. Upacara pemakaman itu sendiri hanya dihadiri sekitar 20 orang saja yang terdiri dari kerabat, dan warga setempat.

Makam Vincent van Gogh di Ouvers-sur-Oise Town Cemetery (Theo, adiknya dimakamkan disebelahnya)

Kematian Van Gogh yang Misterius

Kematian Van Gogh pada dini hari di kamarnya di Auberge Revoux itu selama bertahun-tahun diyakini merupakan aksi bunuh diri. Ia dipercaya telah menembak dirinya sendiri. Hal ini berkaitan dengan kesehatan mentalnya yang rapuh. Namun benarkan Van Gogh memang menembak dirinya sendiri?

Baca juga: Misteri Kematian Edgar Allan Poe

Dalam buku biografi Van Gogh berjudul "The Life" yang ditulis oleh Steven Naifeh dan Gregory White Smith berupaya untuk menguak apa yang sebenarnya terjadi pada akhir hidup sang maestro.

Buku biografi Vincent van Gogh "The Life"

Naifeh dan Smith sendiri telah melakukan penelitian mereka terhadap kehidupan Vincent van Gogh selama 10 tahun dan mereka juga menjalin kerjasama dengan lebih dari 20 peneliti dan penerjemah. Menurut mereka, Van Gogh bukan bunuh diri melainkan dibunuh tanpa sengaja. Bagaimana bisa?

Baiklah kita kembali lagi pada kronologi kejadian tanggal 27 Juli 1890.

Menurut penuturan putri pemilik Ravoux Inn, Adeline Ravoux, hari itu setelah selesai sarapan, Van Gogh pergi dan baru pulang sekitar pukul 9 malam dengan luka di perutnya. Namun menurut Gregory dan Steven kesaksian Adeline tak dapat dipastikan karena ceritanya bersumber dari penuturan orang, dan ia keterangannya sendiri seringkali berubah-ubah. Saat itu Adeline masih berusia 13 tahun.

Namun diduga kuat bahwa peristiwa penembakan itu terjadi di ladang gandum di mana Van Gogh sering menghabiskan waktunya untuk melukis.

Lukisan ladang gandum, salah satu karya Van Gogh yang terkenal

Dugaan bahwa Van Gogh tidak melakukan bunuh diri diperkuat dengan hasil analisis luka tembak dan keterangan ahli forensik, salah satunya, Vincent Di Maio yang mengatakan bahwa Van Gogh tidak menembak perutnya sendiri. Jika ia memang menembak dirinya sendiri, mestinya ada bekas bubuk mesiu, atau luka bakar di sekitar lubang peluru. Namun tanda-tanda tersebut sama sekali tak ada. Lagi pula tembakan itu sudutnya aneh, bukan lurus seperti arah menembak diri sendiri.

Sehingga bisa disimpulkan bahwa tembakan dilakukan dari jarak satu atau dua kaki dari Van Gogh. Jadi ia sama sekali tidak bunuh diri.

Lagi pula kalau memang ia berniat bunuh diri, mengapa ia tak melanjutkan dengan tembakan kedua, tetapi malah terseok-seok pulang ke rumah setelah penembakan itu. Dan juga fakta bahwa Van Gogh masih memesan cat dalam jumlah besar beberapa hari sebelumnya juga semakin memperkuat dugaan bahwa ia memang tak berniat bunuh diri. Sayangnya memang tak ada saksi mata satu pun juga ketika peristiwa itu terjadi.

Steven dan Gregory menduga bahwa ini semua adalah ulah dua remaja bersaudara Rene dan Gaston Secretan. Saat itu keduanya sedang bermain tembak-tembakan dengan salah satu di antaranya memakai baju koboi. Kedua remaja itu kemungkinan telah tidak sengaja menembak Van Gogh. Bertahun-tahun setelah kematian Van Gogh pun, Rene mengakui bahwa pistol yang membunuh Van Gogh adalah miliknya. Tetapi bukan ia yang menarik pelatuknya.

Steven Naifeh dan Gregory White Smith selama lebih dari 10 tahun
meneliti kehidupan dan kematian Vincent van Gogh

Lalu mengapa Van Gogh tak menceritakan peristiwa itu yang justru membuat orang-orang berpikir ia berniat bunuh diri? Menurut Steven dan Gregory kemungkinan besar ia melakukannya demi melindungi Rene dan Gaston yang saat itu masih di bawah umur. Sehingga ia mengarang cerita tentang bunuh diri.

Baca juga: Misteri Kematian Natalie Wood

Van Gogh juga tampaknya menerima akhir hidupnya itu karena sebuah alasan. Ia tak ingin lagi menjadi beban adiknya yang terus membiayai hidupnya. Seperti kita ketahui bahwa semasa hidupnya Van Gogh sama sekali tak terkenal dan ia juga miskin. Sang jenius itu bahkan harus berjuang hanya sekedar untuk membiayai hidupnya sendiri.

Pistol yang diyakini digunakan untuk menembak Vincent Van Gogh terjual dalam sebuah lelang yang diselenggarakan oleh Rumah Lelang Art Auction pada 19 Juni 2019. Dalam lelalng tersebut, pistol jenis revolver Lefaucheux 7 milimeter yang penuh karat itu terjual seharga 162.500 euro atau setara Rp. 2,6 miliar. Pembelinya adalah seorang kolektor pribadi yang berhasil memenangkan lelang melalui penawaran lewat telepon.

Pistol yang dilelang "Art Auction" yang diduga merupakan senjata penembak Vincent van Gogh

Lelang itu sendiri telah dikritik oleh Van Gogh Institute karena dianggap telah melakukan komersialisasi pada tragedi kematian Van Gogh. Lagi pula tak ada bukti sama sekali yang menunjukkan bahwa pistol itu merupakan pistol yang digunakan menembak Van Gogh.

Pihak pelelangna sendiri mengatakan bahwa pistol tersebut telah terkubur dalam tanah di tempat di mana sang pelukis ditembak. Peluru yang dikeluarkan dari tubuh Van Gogh adalah kaliber yang sama dengan pistol yang dilelang.

Rumah lelang juga menyebutkan bahwa pada tahun 1965 pistol itu ditemukan di dalam tanah dan ia mengembalikannya pada pemilik penginapan di Auvers-sur-Oise. Sementara itu uji teknis pada pistol tersebut menunjukkan bahwa senjata itu memang pernah digunakan dan kemudian berada di tanah. Jika waktunya dihitung persis sama dengan periode di mana Van Gogh tertembak yaitu tahun 1890.

Referensi:

https://id.wikipedia.org/wiki/Vincent_van_Gogh
https://www.dailyartmagazine.com/mystery-vincent-van-gogh-death/
https://news.detik.com/x/detail/sains/20160322/Vincent-Van-Gogh-Dibunuh-atau-Bunuh-Diri/
https://www.bbc.com/indonesia/majalah/2011/10/111017_vahgoghsuicide
https://internasional.kompas.com/read/2019/06/20/14040071/pistol-pembunuh-vincent-van-gogh-terjual-rp-2-6-miliar-dalam-lelang

Eya
Eya Mystery and World History Enthusiast

2 komentar untuk "Misteri Kematian Van Gogh, Bunuh Diri atau Dibunuh?"

  1. Ada kemungkinan Vincent van Gogh memang berusaha untuk bunuh diri jika dikaitkan dengan kesehatan mentalnya. Apalagi dia pernah memotong telinga kirinya sendiri tanpa sebab yang jelas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, di akhir hidupnya Van Gogh memang harus berjuang dengan keadaan mentalnya yang tidak stabil. Tapi tetap ada banyak teori..

      Hapus