Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kasus Leonarda Cianciulli, Pembuat Sabun dan Kue dari Mayat Manusia




Banyak kisah pembunuh berantai alias serial killer dengan berbagai cerita kekejamannya menghabisi para korbannya. Namun kasus dari Italia ini tampaknya telah melebihi apa yang dilakukan seorang pembunuh berantai. Wanita paruh baya ini bukan hanya menghabisi para korbannya, tapi juga mengubah mereka menjadi kue dan sabun. Itu saja? Tidak, wanita ini juga membagikan sabun dan kue-kue tersebut kepada tetangga dan kerabatnya!

Namanya Leonarda Cianciulli. Wanita 45 tahun asal Italia dikenal juga dengan pembuat sabun dari Correggio "Soap-Maker of Correggio". Menghabisi 3 wanita yang merupakan tetangganya sendiri, Cianciulli melakukan perbuatan yang nyaris tak masuk akal kepada jasad para korbannya.


Latar Belakang Kehidupan Leonarda Cianciulli

Sepanjang sejarah, orang-orang yang menjadi pembunuh berantai biasanya memiliki masa lalu yang kelam atau berasal dari keluarga yang tak harmonis. Cianciulli barangkali masuk dalam dua kategori tersebut sekaligus.

Lahir di Montella, Avellino, pada 18 April 1894, wanita ini telah beberapa kali berusaha melakukan bunuh diri saat dirinya masih berusia belia. Namun usaha bunuh diri itu dapat digagalkan.

Baca juga: Misteri Pembunuhan Hinterkaifeck

Cianciulli kemudian menikah dengan seorang pegawai kantor bernama Raffaele Pansardi saat usianya 23 tahun. Sayangnya pernikahan itu tak direstui orang tua Cianciulli. Pasalnya sang orang tua telah menjodohkannya dengan pria lain. Entah apa yang salah dengan pria pilihan putrinya, ibu Cianciulli mengutuk putrinya tersebut. Menurut cerita Cianciulli hidupnya berantakan setelah itu.

Pada tahun 1921, pasangan itu kemudian memutuskan untuk pindah ke kampung halaman Pansardi di Lauria, Potenza. Rencananya mereka akan memulai kehidupan yang baru setelah sebelumnya berada di Montella tanpa dukungan orang tua Cianciulli. Bertahun-tahun tinggal di sana, Cianciulli justru seringkali berurusan dengan polisi karena terlibat kasus penipuan.

Cianciulli yang sempat ditahan tahun 1927 kemudian bebas. Setelah itu pasangan ini kembali pindah. Kali ini tempat yang dituju adalah Lacedonia. Namun tampaknya nasib baik tak memihak mereka. Baru beberapa saat merasakan hidup damai, rumah mereka hancur diterjang gempa Irpinia yang melanda wilayah itu tahun 1930.

Pasangan ini kemudian pindah ke Correggio, Reggio Emilia, di mana mereka kemudian membuka sebuah toko kecil di sana. Cianciulli dan suaminya dikenal para tetangga sebagai orang yang baik. Mereka terkenal ramah dan suka membantu tetangga. Tak heran, pasangan ini cukup dihormati di lingkungan tempat tinggal mereka.

Cianciulli dan suaminya sebenarnya beberapa kali harus kehilangan anak mereka. Bertahun-tahun saat harus pindah dari satu kota ke kota lainnya, mereka harus merelakan 13 dari 17 anak mereka meninggal dunia, bahkan saat usia mereka belum mencapai 10 tahun. Hanya 4 anak yang akhirnya dapat bertahan sampai usia dewasa. Hal ini menjadikan Cianciulli sangat ketat menjaga anak-anaknya.

Baca juga: Misteri Peti Mati dan Boneka Kayu di Arthur's Seat

Sebenarnya saat dirinya masih muda, Cianciulli pernah mendatangi paranormal yang membaca garis tangannya. Cianciulli diberitahukan bahwa ia akan melahirkan anak-anak tapi anak-anaknya itu akan meninggal di usia muda. Sang peramal juga melihat jeruji besi penjara di tangan kanan Cianciulli, dan rumah sakit jiwa di tangan kirinya.

Ramalan paranormal tersebut tampaknya sangat berbekas mendalam di hati Cianciulli. Ia yang kehilangan hampir semua anak yang dilahirkannya kemudian menjadi over protective pada keempat anaknya yang tersisa, terutama pada anak laki-laki tertua yang merupakan anak kesayangannya. Namanya Giuseppe.


Pembunuhan (1939-1940)

Pada tahun 1939, Giuseppe harus bergabung dengan angkatan militer Italia sebagai persiapan Perang Dunia II. Mendengar rencana putranya yang akan berangkat ke medan perang, pikiran buruk mulai menggelantungi Cianciulli. Ia begitu ketakutan kalau-kalau putranya tewas dalam peperangan dan tak pernah lagi kembali. Ia tak mau mimpi buruk itu menjadi kenyataan.

Leonarda Cianciulli

Maka wanita paruh baya itu kemudian berpikir bagaimana caranya melindungi Giuseppe. Entah setan apa yang merasuki pikiran Cianciulli, sebuah ide gila masuk dalam otaknya. Agar anaknya selamat selama bertugas, ia memutuskan untuk melakukan pengorbanan manusia. Itu artinya ia harus mencari orang-orang yang akan dijadikan korban.

Cianciulli kemudian menemukan target korbannya. Mereka adalah wanita-wanita paruh baya yang lain adalah tetangga Cianciulli sendiri.

Korban pertamanya adalah Faustina Setti. Ia adalah perawan tua yang datang pada Cianciulli untuk meminta tolong padanya mencarikannya pasangan. Cianciulli lalu mengatakan bahwa ada seorang seorang pria yang akan berjodoh dengannya tinggal di Pola. Ia lalu meminta wanita itu berangkat ke sana. Namun sebelumnya Cianciulli mengatakan bahwa wanita tersebut tak boleh memberitahukan hal ini pada siapa pun juga.

Setti pun setuju. Sebelum berangkat, Cianciulli mensyaratkan wanita itu harus mengirim surat pada keluarganya mengabarkan bahwa ia baik-baik saja. Cianciulli juga menerima pembayaran sebesar 30.000 lire sebagai jasa pencarian jodoh.

Sebelum berangkat ke Pola, Setti mampir ke rumah Cianciulli. Kedatangan wanita itu ke rumah tersebut ternyata adalah kali terakhir ia terlihat masih hidup. Di rumah naas tersebut, Cianciulli menawarkan segelas minuman anggur pada Setti yang telah dicampur obat sebelumnya. Setti yang kemudian mabuk langsung ditebas dengan kapak.

Baca juga: Dua Kasus Pembunuhan, Satu Dugaan Tersangka

Wanita tersebut rubuh di lantai dengan darah segar menggenang. Cianciulli menggeret jasad itu ke kamar mandi dan memotong-motong anggota tubuhnya menjadi 9 bagian. Sementara itu darahnya dimasukkan dalam baskom.

Berikut ini adalah petikan pengakuan tentang apa yang Leonarda Cianciulli lakukan pada para korbannya.

"Aku memasukkan potongan tubuh itu ke dalam panci, menambahkan 7 kilo soda pedas yang kubeli untuk membuat sabun. Lalu semuanya kuaduk dengan hingga potongan-potongan itu larut menjadi bubur kemudian dituangkan ke dalam wadah. Darahnya diletakkan ke dalam baskom, lalu ditunggu hingga membeku. Setelah itu dimasukkan ke dalam oven. Aku juga mencampurnya dengan tepung, gula, coklat, susu, telur, dan juga margarin. Semua bahan-bahan itu kemudian kubuat menjadi kue kering yang kusajikan pada gadis-gadis yang berkunjung. Giuseppe dan aku juga memakannya."

Korban kedua bernama Francesca Soavi. Cianciulli mengatakan ia membantu wanita itu mencarikannya pekerjaan di sebuah sekolah wanita di Piacenza. Sama seperti Setti, Soavi juga dibujuk untuk menuliskan kartu pos yang ditujukan pada keluarga dan teman-temannya bahwa ia baik-baik saja.

Sama seperti Setti, sebelum berangkat ke Piacenza, Soavi mengunjungi rumah Cianciulli pada 5 September 1940 yang merupakan kunjungan terakhirnya. Setelah diberi minum wine yang sudah dicampur obat, wanita itu tak sadarkan diri. Cianciulli yang melihat kesempatan ini langsung mengambil kapak dan menghabisi wanita malang tersebut. Tubuh Soavi diperlakukan sama seperti Setti. Menurut pengakuan Cianciulli, ia mendapatkan 3.000 lire dari koeban keduanya ini.

Korban ketiga sekaligus terakhir bernama Virginia Cacioppo, seorang mantan penyanyi di La Scala. Cainciulli mengatakan bahwa ia mencarikan wanita itu pekerjaan sebagai seorang sekretaris di Florence. Modusnya sama seperti dua korban sebelumnya, Cacioppo diminta menulis surat pada keluarganya yang mangabarkan dirinya baik-baik saja. Cacioppo juga diminta tak menceritakan mengenai hal tersebut pada siapa pun. Cacioppo setuju.

Pada tanggal 30 September 1940 ia mengunjugi rumah Cianciulli yang merupakan kunjungan terakhirnya. Pola dan cara pembunuhannya pun sama. Hanya saja tak seperti Setti dan Soavi yang jasadnya dijadikan kue, mayat Cacioppo dilelehkan untuk dijadikan sabun. Menurut Cianciulli, tubuh wanita itu putih dan gemuk. Ia menambahkan pewangi, mendidihkannya, dan menjadikannya sabun yang kemudian dibagikan pada para tetangganya.

Selain membunuh Cacioppo, Cianciulli juga menerima 50.000 lire dan juga berbagai macam perhiasan wanita tersebut.

Para korban Leonarda Cianciulli

Pembunuhan yang dilakukan Cianciulli tergolong rapi. Tak ada yang mencurigainya sama sekali. Hanya saja, wanita itu mengakui bahwa pada korban ketiganya ia melakukan kesalahan hingga akhirnya kejahatannya terbongkar.

Cacioppo rupanya memiliki seorang saudara ipar yang menaruh curiga pada Cianciulli. Ia tak percaya pada surat yang dikirim Cacioppo yang mengabarkan dirinya baik-baik saja. Terlebih lagi wanita itu melihat Cacioppo terakhir kali terlihat masuk ke dalam rumah Cianciulli, namun setelah itu tak pernah terlihat lagi.

Saudara ipar Cacioppo itu kemudian mulai menyelidiki Cianciulli. Saat malam tiba, ia secara diam-diam masuk ke dalam rumah Cainciulli dan menemukan bukti pembunuhan. Wanita itu kemudian melaporkannya pada polisi.

Baca juga: Kasus Pembunuhan Ice Box Murders

Cianciulli yang diinvestigasi menolak segala tuduhan bahwa ia telah membunuh Cacioppo. Polisi kemudian mencurigai yang melakukan pembunuhan itu adalah Giuseppe, putranya. Namun setelah putra kesayangannya itu dituduh bersalah, Cianciulli segera mengakui perbuatannya. Bukan hanya mengakui tindak pembunuhan keji yang dilakukannya, wanita itu juga menjelaskan secara detail apa yang telah ia lakukan pada para korbannya termasuk memotong-motong tubuh mereka, merebusnya, hingga merubahnya menjadi kue dan sabun.

Cianciulli ditahan di Reggio Emilia pada tahun 1946. Dalam pengakuannya, ia tampak tak menyesali perbuatannya. Cianciulli dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman 30 tahun penjara dan 3 tahun masa tahanan di rumah sakit jiwa.

Di tahun-tahun terakhir masa tahanannya di rumah sakit jiwa, ia meninggal dunia tahun 1970 pada usia 79 tahun. Ia meninggal dunia karena pendarahan otak saat berada di rumah sakit jiwa wanita di Pozzvoli pada 15 Oktober 1970. Jasadnya dikembalikan pada keluarga untuk dimakamkan.

Berbagai barang bukti kasus pembunuhan yang dilakukan Cianciulli

Berbagai barang-barang bekas kasus pembunuhan itu, termasuk kapak dan juga panci yang digunakan untuk merebus para korban dipamerkan di Criminologi Museum di Roma, Italia.

Referensi:

https://en.wikipedia.org/wiki/Leonarda_Cianciulli
https://allthatsinteresting.com/leonarda-cianciulli

Eya
Eya Mystery and World History Enthusiast

1 komentar untuk "Kasus Leonarda Cianciulli, Pembuat Sabun dan Kue dari Mayat Manusia"

  1. Emg itu foto cianciulli muda ya itu bukannya marguerite alibert

    BalasHapus