Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

George Junius Stinney, Bocah Tak Bersalah yang Dihukum Mati




Apakah kalian pernah menonton film "Green Mile"? Green Mile adalah sebuah film yang diangkat dari novel berjudul sama karangan Stephen King. Bercerita tentang seorang pria kulit hitam yang dituduh telah membunuh seorang gadis kecil. Pria itu akhirnya dijatuhi hukuman mati di kursi listrik. Padahal kenyataannya ia tak bersalah. Rupanya Stephen King terinspirasi dari sebuah kisah nyata yang pernah terjadi di Amerika pada tahun 1944...

George Junius Stinney, Jr. lahir pada 21 Oktober 1929 di Alcolu, South Carolina. Ia merupakan putra George Stinney Sr dan Aime Stinney. George memiliki seorang saudara perempuan dan empat saudara laki-laki. 


George Stinney, Jr.

Di Alcolu, orang-orang dengan kulit putih terpisah dengan orang berkulit hitam. Keluarga Stinney sendiri adalah orang-orang dari kulit hitam dengan latar belakang ekonomi yang kekurangan. Kepala keluarga itu hanyalah seorang tukang kayu. Di beberapa fasilitas umum seperti sekolah dan gereja dibangun secara terpisah. Perbedaan perlakuan antara kulit hitam dan kulit putih begitu terasa.

Hari itu tanggal 24 Maret 1944, musim semi membuat bunga-bunga bermekaran indah di mana-mana. Dua orang gadis kecil berkulit putih, Betty June Binnicker (11) dan Mary Emma Thames (8) mengendarai sepeda mereka menuju perkampungan warga kulit hitam. Mereka berniat mencari bunga Maypops. Mereka berdua kemudian berhenti di depan rumah keluarga Stinney.

Betty Jane Binnicker dan Mary Emma Thames

Betty dan Mary bertanya perihal di mana mereka bisa mendapatkan bunga itu pada George dan adik perempuannya Aime. Itu adalah terakhir kalinya kedua gadis kecil itu terlihat. Mereka tak pernah kembali ke rumah meski hari sudah senja. Keduanya menghilang. Ratusan sukarelawan melakukan pencarian termasuk ayah George.

Keesokan paginya sekitar pukul 7.30 gadis-gadis kecil itu ditemukan telah menjadi mayat. Keduanya berada di sebuah parit berlumpur dengan kondisi mengenaskan. Keduanya menderita cedera parah di bagian kepala, tengkorak para korban mengalami keretakan.

A.C Bozard, salah satu petugas forensik yang melakukan otopsi pada jasad keduanya mengatakan bahwa gadis-gadis kecil itu tewas setelah diserang dengan benda tumbul berkali-kali di kepala mereka. Benda itu diperkirakan berukuran sebesar palu.

Petugas kepolisian Clarendon County segera melakukan penyelidikan. Menurut hasil investigasi, Mary dan Betty terakhir kali terlihat ketika berbicara dengan George Stinney

Beberapa jam kemudian George Stinney dan kakaknya Johny ditangkap oleh beberapa orang petugas. Mereka berdua lalu dibawa ke Sumter County. Johny dibebaskan, namun tidak dengan George. Ia diinterogasi seorang diri tanpa didampingi oleh pengacara atau siapa pun selama berjam-jam. 

Setelah itu diumumkanlah bahwa Stinney telah mengakui kejahatannya. Menurut pengakuan itu, dirinya mencoba melakukan pelecehan seksual terhadap Betty saat ia mencari bunga. Mary kemudian mencoba untuk memberontak. Akhirnya ia membunuh keduanya dengan sebatang besi dan melemparkan mayat-mayat itu ke dalam parit berlumpur. Alat yang dipakai untuk membunuh Betty dan Mary disimpan di sebuah parit.

Sehari setelah pengakuan itu, Stinney didakwa dengan pembunuhan tingkat pertama tanpa melewati penyelidikan lebih lanjut.

Berkas sidik jari George Stinney

Persidangan kemudian dilakukan pada 24 April 1944 di gedung pengadilan Clarendon County. Setelah pemilihan juri, persidangan dimulai pukul 12.30 dan berakhir pada pukul 17.30. Hanya berselang sekitar 10 menit setelah para juri (yang semuanya kulit putih) itu berunding mereka kemudian memberikan vonis bersalah pada George Stinney.

Menurut hukum Carolina Selatan, semua orang yang telah menginjak usia 14 tahun diperlakukan sebagai orang dewasa.

Stinney dijatuhi hukuman mati di kursi listrik. Selama persidangan itu, pengacara pembela yang telah ditunjuk, Charles Plowden, tidak mengajukan keberatan apa pun atau mempertanyakan para saksi penuntut. Dia hanya mengatakan bahwa George Stinney masih terlalu muda untuk menghadapi hukuman tersebut. Dia bahkan tidak mengajukan penundaan persidangan.

Kursi lisrik di mana George Stinney dihukum mati


Fakta menarik adalah bahwa saudara laki-laki George dilarang bersaksi di pengadilan, padahal anak itu mengaku terus bersama dengan George pada hari di mana Mary dan Betty menghilang.

Stinney ketika berada di penjara

Eksekusi dijadwalkan akan dilakukan di Penjara Negara Carolina Selatan di Columbia pada tanggal 16 Juni 1944, hanya berselang kurang dari 3 bulan setelah pembunuhan terjadi. Pada pukul 19.30 Stinney berjalan menuju ruang eksekusi. Di tangannya ia menggenggam Alkitab.

Belakangan diketahui bahwa alat yang digunakan untuk membunuh kedua gadis kecil itu beratnya lebih dari 20 pon (9,07 kg). Sementara Stinney sendiri hanyalah bocah dengan berat badan tak lebih dari 40 kg, bagaimana ia bisa mengangkat benda berat itu apalagi sampai mengayunkannya untuk membunuh.

Eksekusi yang Mengerikan

George Stinney dieksekusi di atas kursi listrik Penjara Negara Bagian South Carolina. Usianya baru 14 tahun saat itu. Namun alat yang disediakan sama sekali tak sesuai dengan ukuran tubuh Stinney. Kursi listrik itu diperuntukan untuk orang dewasa. Penjaga bahkan kesulitan untuk mengikatnya di atas kursi karena tali yang digunakan untuk mengikat tubuhnya dibuat untuk dada dan lengan yang lebih besar. Tak hanya itu saja, potongan kulit yang digunakan sebagai topeng untuk penutup wajah berukuran terlalu besar. Mereka juga harus menggunakan buku tebal agar kepala Stinney bisa mencapai elektroda.

Ketika tuas diaktifkan, tubuh Stinney menggeliat dan mengejang. Aliran listrik sebesar 2.400 volt itu membuat masker wajahnya longgar dan terlepas. Mata Stinney terbuka lebar, air liur keluar dari mulutnya sebagai reaksi dari sengatan listrik itu. Penonton yang ada di sana menyaksikan sebuah pemandangan mengerikan. George dinyatakan meninggal pada pukul 7.30 malam, atau 4 menit setelah tuas listrik dinyalakan.

Kisah pilu George Stinney kemudian menjadi inspirasi banyak buku dan film. Stephen King menulis buku "Green Mile" yang kemudian juga difilmkan dengan judul yang sama.

Sertifikat kematian George Stinney


Membersihkan Nama George Stinney

Seorang sejarawan asal Alcolu, tempat asal George Stinney,  bernama George Frierson pada tahun 2004 yang lalu melakukan investigasi terhadap kasus ini setelah dirinya mendapati kisah Stinney dalam sebuah artikel koran. Apa yang dilakukan Fierson kemudian menarik minat dua pengacara South Carolina, Steve McKenzie dan Matt Burgess.

Seorang pria dari kejaksaan bersama James Moon dan beberapa orang pengacara kemudian bergabung untuk menyelidiki secara mendalam kasus ini. Mereka mengumpulkan data serta bukti dan saksi mata yang dapat membebaskan George Stinney dari segala tuduhan setelah 60 tahun berlalu.

Pada 25 Oktober 2013, beberapa orang pengacara yang mengatasnamakan keluarga Stinney mengajukan banding ke pengadilan. Keluarga Stinney memang telah lama memiliki niat untuk membersihkan nama saudara laki-laki mereka yang tak bersalah. Beberapa saudara George yang juga merupakan saksi hidup, Aime Stinney Ruffner, Charles Stinney, dan Katherine Stinney Robinson melakukan upaya untuk membersihkan nama baik saudara mereka.

Aime Stinney

George Stinney yang pada saat pembunuhan itu terus bersama dengan George kemudian diambil sumpahnya. Pria yang kini sudah berusia 82 tahun itu mengungkapkan fakta bagaimana dahulu ia tak diperbolehkan untuk bersaksi di pengadilan.

Proses investigasi juga menemukan fakta bahwa teman satu sel George Stinney yang bernama Wilford Hunter mengaku bahwa George membantah dirinya yang telah membunuh Mary dan Betty.

Sementara itu, sebuah pernyataan datang dari seorang pendeta bernama Francis Batson. Pendeta ini adalah orang pertama yang menemukan jasad Mary dan Betty dan menariknya dari dalam parit. Dalam pernyataannya, Batson mengaku sama sekali tak menemukan adanya ceceran darah di tempat ditemukannya mayat itu. Hal ini bisa berarti bahwa keduanya tak dibunuh di sana melainkan tempat lain, lalu mayat mereka di masukkan ke dalam parit.

Pada tanggal 17 Desember 2014, hakim Carmen T. Mullen akhirnya membatalkan tuntutan terhadap George Stinney dan menyatakan bahwa hukuman yang diterima bocah malang itu sebagai kekejaman. Mullen juga mengatakan adanya banyak pelanggaran pada saat proses hukum Stinney berjalan tahun 1944.

Makam George Stinny, Jr.

Keluarga Stinney bahagia mendapatkan putusan itu. 70 tahun sudah mereka menantikan keputusan itu. Akhirnya George dinyatakan tak bersalah dan nama George Stinney telah dibersihkan walaupun pada kenyataannya bocah itu telah terlanjur menjalani eksekusi atas perbuatan yang tak pernah dilakukannya.

Lalu siapa pelaku sebenarnya yang membunuh Betty dan Mary? Menurut penyelidikan Frierson, kemungkinan besar sang pelaku telah meninggal dunia sekarang. Kemungkinan pelakunya adalah orang kulit putih yang memiliki kekuasaan sehingga mampu memerintah juri untuk menyatakan George bersalah dan dijatuhi hukuman mati.

Referensi :

https://en.wikipedia.org/wiki/George_Stinney
https://www.kaskus.co.id/forum/post_context/5ca1ca6bf4ae2f7bc345db4e/?ref=postlist&med=postmenu

Eya
Eya Mystery and World History Enthusiast

2 komentar untuk "George Junius Stinney, Bocah Tak Bersalah yang Dihukum Mati"