Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Batu-Batu Dropa (Dropa Stones) Hanyalah Tipuan?




Di pegunungan terpencil yang terletak di perbatasan China dan Tibet, tanpa disengaja, sebuah tim arkeolog mendapati penemuan yang menggegerkan. Selama eksplorasi gua pada tahun 1930an itu mereka menemukan situs pemakaman berisi makhluk mirip manusia namun dengan tubuh yang lebih kecil dan tengkorak besar. Selain itu tim tersebut juga menemukan ratusan cakram batu yang diduga berasal dari 12.000 tahun yang lalu!

Kisah tentang penemuan batu Dropa (Dropa Stones) sebenarnya cukup simpang siur. Bagaimana awalnya penemuan batu tersebut dan di mana kemudian diteliti dan disimpan. Tidak heran banyak kontroversi beredar seputar cakram batu ini, termasuk kalau batu Dropa hanyalah artefak palsu. 

Kisah yang banyak beredar di internet akan saya ceritakan di sini. Seperti ini kisahnya.

Di perbatasan China dan Tibet yaitu di pegunungan terpencil bernama Bayan-Kara-Ula, sebuah tim arkeologi yang dipimpin oleh arkeolog China, Profesor Chu Pu Tei melakukan eksplorasi terowongan menjelajahi gua-gua di sekitar wilayah itu pada kurun waktu tahun 1937 atau 1938. Saat itulah, tim ini melaporkan bahwa mereka telah menemukan serangkaian situs pemakaman yang sangat tidak biasa.

Situs pemakaman apakah itu? Pemakaman ini menurut cerita yang beredar tertata rapi dan ketika digali berisi kerangka makhluk mirip manusia dengan tubuh kurus dan pendek (tinggiya kurang dari 3 kaki) dan memiliki tengkorak besar yang tidak proporsional dengan tubuhnya. Jadi awalnya tim menganggap kalau mereka telah menemukan kerangka kera Tibet. 



Tetapi mereka segera menyadari bagaimana mungkin kera dikuburkan dalam pemakaman yang begitu rapi dan tampak sangat khusus. Setelah dilakukan teknik pengujian yang lebih modern, mereka percaya bahwa sisa-sisa kerangka tersebut sebenarnya milik ras humanoid kuno yang tidak atau belum diketahui.

Nah, penemuan yang aneh tidak berhenti sampai di sana. Rupanya tim juga menemukan lukisan gua yang menggambarkan makhluk yang mengenakan helm bundar bersama dengan gambar mirip Matahari, Bulan, Bumi, dan bintang yang semuanya dihubungkan oleh titik-titik kecil. Diduga lukisan itu adalah semacam peta atau lokasi tertentu, yang tampaknya dibuat oleh makhluk cerdas. 


Tes penanggalan karbon menunjukkan bahwa temuan tersebut berusia sekitar 12.000 tahun. Penemuan ini pun dihubungkan dengan penemuan makhluk bertengkorak besar sebelumya. Jadi disimpulkan bahwa makhluk-makhluk inilah yang membuat lukisan dinding tadi dan mereka sangat cerdas. Tapi siapa sebenarnya makhluk-makhluk ini?

Nah, bersama dengan penemuan spesies baru humanoid yang tidak diketahui itulah, terkubur artefak yang disebut-sebut paling luar biasa dalam sejarah manusia. 

Artefak itu tak lain adalah cakram batu sebanyak 716 buah dengan diameter mulai dari 9 inci hingga 3 kaki dan tebal 3/4 hingga 3 inci. Cakram-cakram tersebut dihiasi ukiran spiral dari tepi luar ke lubang di tengah cakram. 

Setelah pemeriksaan lebih jauh pada cakram-cakram tersebut, disadari bahwa spiral yang terukir pada permukaannya semacam kode atau tulisan untuk menunjukkan sesuatu. Sayangnya bahasa apa yang digunakan tidak pernah tercatat dalam sejarah. Cakram-cakram inilah yang kemudian dikenal sebagai Dropa Stones atau Batu-Batu Dropa.



Cerita yang beredar tidak berhenti sampai di sana. Ayo kita lanjutkan.

Batu Dropa atau batu Dzopa atau batu Dropas atau batu Drop-ka tadi kemudian dikirim ke berbagai sarjana untuk diselidiki. Salah satunya yaitu Profesor Tsum Um Nui dari Akademi Studi Kuno Beijing. 

Hampir 30 tahun kemudian atau tepatnya pada tahun 1962, Profesor Tsum Um Nui mengumumkan di jurnal profesional bahwa dia telah berhasil menerjemahkan tulisan dalam cakram Dropa yang dikirim kepadanya. 

Namun Akademi Prasejarah Peking melarang profesor tersebut menerbitkan apapun tentang Batu Dropa. Jadi tidak ada kabar apa pun tentang Batu Dropa dalam waktu cukup lama, sampai akhirnya Profesor Tsum Um Nui menerbitkan hipotesisnya.

Inilah salah satu terjemahan dari hipotesa yang dibuat oleh Tsum Um Nui:

Sebuah pesawat ruang angkasa asing jatuh di wilayah Bayan Har Shan 12.000 tahun yang lalu. Penghuninya adalah alien yang disebut Dropa atau Dzopa. Dropa tidak bisa memperbaiki pesawat mereka, jadi mereka mencoba beradaptasi dengan kondisi di Bumi. Sementara itu, suku Ham setempat memburu dan membunuh sebagian besar alien. Diduga, alien telah kawin dengan penduduk setempat, membuat identifikasi asal-usul kerangka lebih sulit.

Terjemahan lainnya menggambarkan bagaimana suku Ham menunjukkan penyesalan bahwa pesawat ruang angkasa tersebut mendarat di pegunungan terpencil dan mereka tidak memiliki cara untuk memperbaiki pesawat. Selain itu juga mereka menjelaskan akhirnya Dropa terjebak di bumi selamanya dan tidak pernah dapat kembali ke planet asal mereka. 


Lebih lanjut penelitiannya menyatakan bahwa orang Dropa diburu dan dibunuh oleh orang Cina Han setempat selama suatu periode. Tsum Um Nui mencatat secara khusus bahwa salah satu mesin terbang ternyata mengatakan: "Dropa turun dari awan di pesawat mereka. Pria, wanita, dan anak-anak kami bersembunyi di gua sepuluh kali sebelum matahari terbit. Ketika akhirnya kami memahami bahasa isyarat Dropa, kami menyadari bahwa pendatang baru memiliki niat damai."

Tsum Um Nui sendiri dikatakan telah diejek oleh dunia internasional tak lama setelah menerbitkan tulisanya. Profesor Nui mengundurkan diri dari Akademi Studi Kuno Beijing dan tak lama kemudian disebut-sebut pergi ke Jepang untuk mengasingkan diri, di mana dia meninggal tidak lama setelah dia menyelesaikan karyanya.

Sejak penemuan yang luar biasa ini, para arkeolog dan antropolog datang berduyun-duyun ke pegunungan Bayan-Kara-Ula yang terisolasi dan mereka mulai meneliti orang-orang yang mendiami pegunungan itu. Dari penduduk sekitar diketahui legenda turun temurun yang masih diceritakan oleh penduduk setempat. Ceritanya mengatakan bahwa dahulu kala ada pria kecil, kurus, dan berwajah kuning yang datang dari bintang.

Lokasi Pegunungan Bayan-Kara-Ula

Penelitian terhadap Dropa Stones tampaknya terus berlanjut. Pada tahun 1968, seorang ilmuwan Rusia bernama W. Saitsew menerbitkan sebuah makalah tentang subjek makhluk luar angkasa yang mengunjungi bumi di sepanjang cerita dan beberapa informasi yang dikumpulkan dari karya Profesor Nui. 

Orang-orang Rusia menjadi sangat tertarik pada cakram batu tersebut dan kemudian beberapa cakram untuk diperiksa di laboratorium Moskow. Disebutkan ada 2 cakram yang diperiksa. Pada cakram pertama mengandung jejak logam, sebagian besar mengandung kobalt. 

Sementara itu pada cakram kedua mereka mendapati keanehan. Ketika cakram itu ditempatkan pada meja putar khusus, cakram itu megeluarkan suara dalam ritme yang sangat tidak biasa seolah-olah ada muatan listrik di dalamnya.

Seperti yang tercatat di majalah Soviet Sputnik, Dr. Vyatcheslav Saizev menggambarkan sebuah eksperimen di mana cakram-cakram tersebut ditunjukkan untuk "bergetar" atau "bersenadung" dalam ritme yang tidak biasa seolah-olah ada muatan listrik di dalamnya.

Namun entah apa yang terjadi, setelah itu tidak ada lagi kabar terdengar tentang cakram tersebut selama bertahun-tahun. Sampai akhirnya pada tahun 1974 seorang insinyur Austria bernama Ernst Wegener  melihat cakram tersebut di Xi'an tepatnya di Museum Banpo, Provinsi Shaanxi.

Saat Wegener menanyakan tentang cakram-cakram tersebut pada petugas museum, tampaknya dia harus kecewa. Petugas museum itu sendiri tidak dapat memberi tahu informasi apa pun pada Wegener tentang cakram tersebut. 

Wegener sempat memegang cakram-cakram tersebut di tangannya sambil mengambil beberapa foto. Kamera yang waktu itu dia gunakan hanyalah kamera Polaroid dengan kualitas gambar yang tidak begitu bagus. 

Foto Dropa Stones yang diambil oleh Wegener

Menurut Wegener hieroglif yang ada di permukaan cakram tersebut tidak terlihat karena terkena flash kamera. Fotonya juga kualitasnya semakin memburuk karena usia.


Pada tahun 1994 atau 20 tahun setelah kunjungan Ernst Wegener ke museum Xian, seorang penulis  buku-buku tentang konspirasi UFO, Hartwig Hausdorf yang mendengar tentang cakram Dropa langsung pergi ke museum di Xian. Hausdorf yang penasaran denga cakram batu tersebut memutuskan untuk melihat dan memeriksanya langsung. Namun saat Hausdorf menghubungi pihak museum, dia diberitahu kalau cakram tersebut menghilang tanpa penjelasan lebih lanjut.

Hartwig Hausdorf

Jadi kita dapat menyimpulkan bahwa semua orang yang terkait dengan cerita Dropa Stones menghilang dan hanya menyisakan beberapa foto buram yang sangat mirip dengan cakram Bi. Bahkan Ernst Wegerer (Wegener) pun tidak bisa saya temukan di internet. Jadi apakah cerita Dropa Stones ini dapat dipercaya? 


Dropa Stones Hanyalah Artefak Palsu

Kisah mengenai Dropa Stones telah beredar di banyak situs internet dan tampak menyalin dari satu situs ke situs lainnya. Sama sekali tidak ada sumber terpercaya yang menjadi referensi dari kisah Dropa Stones.

Kemudian nama profesor yang meneliti artefak ini yaitu Tsum Um Nui ternyata bukanlah nama asli Cina. Tidak ada informasi tentang sosok profesor ini di Cina dan juga hubungannya dengan batu Dropa. Menurut Hartwig Hausdorf, Tsum Um Nui sebenarnya adalah nama Jepang yang sebelumnya telah disesuaikan degan bahasa Cina. 

Yang tak kalah menarik adalah Akademi Studi Kuno Beijing juga ternyata fiktif. Tidak pernah ada tempat bernama itu. Padahal tempat ini disebut sebagai tempat Profesor Tsum Um Nui menerjemahkan Dropa Stones selama bertahun-tahun.

Selain itu juga rupanya sosok arkeolog bernama Chi Pu Tei yang melakukan penggalian di Bayan-Kara-Ula juga sosok fiktif. Buktinya tidak ada yang menyebutkan tokoh ini dalam catatan apa pun tentang ekspedisi penggalian yang dilakukan selama tahun 1937-1938.

Lalu foto Wegerer juga tidak memiliki bukti konkret hieroglif, malah menunjukkan kemiripan dengan cakram Bi. Beberapa gambar Batu Dropa bahkan identik dengan Cakram Bi, yang dikenal sebagai artefak yang merupakan bagian dari budaya China.



Cakram Bi adalah piringan pipih yang terbuat dari giok dengan lubang di tengah piringan. Ribuan cakram ini telah ditemukan dari kuburan Neolitik di China. Cakram Bi ini diduga menunjukkan status sosial atau pangkat pada masa China Kuno. 


Ada sebuah buku berjudul "Sungods in Exile: Secrets of the Dzopa of Tibet" karangan David Gamon yang diduga berasal dari catatan Dr Karyl Robin-Evans seorang profesor dari Universitas Oxford. Sang profesor disebut pernah melakukan ekspedisi tahun 1947 ke Tibet di mana dia mengunjungi Pegunungan Bayan Hur dan mengklaim bahwa suku Dropa berasal dari luar bumi. Dalam buku tersebut juga menampilkan foto-foto dugaan batu Dropa yang berisikan pesan dari makhluk luar angkasa.



Meskipun para peneliti tidak menemukan sosok Dr Karyl Robin-Evans, namun batu Dropa muncul di sejumlah tulisan tentang UFO. Dan parahnya lagi Hartwig Hausdorf mempopulerkan kisah tersebut dalam bukunya The Chinese Roswell (1998). Nah, variasi selanjutnya menambahkan nama Profesor Tsum Um Nui dari Akademi Studi Kuno Beijing yang sama-sama fiktif.

Sebenarnya pada tahun 1995, penulis Inggris David Gamon mengakui kepada majalah Fortean Times bahwa dirinya menulis Sungods in Exile sebagai tipuan. Dirinya terinspirasi oleh popularitas Erich von Daniken dan buku-buku pria itu tentang astronot kuno. 

Selain itu Gamon juga mendapatkan bahan dalam ceritanya yang diambil dari artikel majalah tahun 1960-an di Russian Digest dan novel fiksi ilmiah Perancis tahun 1973 yaitu Les disques de Biem-Kara yang ditulis Daniel Piret.

Sementara itu ada hal menarik. Kata "drop-ka" adalah bahasa Tibet memiliki arti "kesendirian" atau "penghuni padang rumput". Konon diambil dari nama suku penggembala nomaden Tibet timur.

Bagaimana menurut kalian?

Referensi:

https://en.wikipedia.org/wiki/Dropa_stones
https://www.science20.com/archyfantasies/10_most_notsopuzzling_ancient_artifacts_2_dropa_stones-91343
https://www.ancient-origins.net/unexplained-phenomena-ancient-places-asia/mysterious-dropa-stones-fact-or-fiction-00877

Kasih komentar yaa.. Tanpa kalian apalah arti aku menulis. Kalian adalah penyemangat setiap kalimat demi kalimat yang kutulis, setiap artikel yang kuposting.. ;)

Perhatian: Mohon hargai penulis dengan tidak mengambil atau copy paste artikel di blog ini untuk dijadikan postingan blog/website ataupun konten Youtube. Terima kasih.. ^^

Eya
Eya Mystery and World History Enthusiast

8 komentar untuk "Batu-Batu Dropa (Dropa Stones) Hanyalah Tipuan?"

  1. Mengingatkan saya blog misteri legendaris yang membongkar kasus ini, terima kasih sudah menyebarkan kembali kasus misteri hoax ini, supaya blog/berita lain yang masih meyakini hal ini bisa lebih kritis lagi 👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Harllie, banyak sekali situs di luar sana yang memberitakan dan menulis tentang Dropa Stones ini dengan keliru. Menganggap cakram-cakram batu ini sebagai bukti kalau alien pernah singgah di bumi tanpa mencari tahu lebih jauh.

      Hapus
  2. Jdi,alien itu beneran ada apa nggak yak?

    BalasHapus