Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Vampir Mercy Brown




Pada akhir abad ke 19, di Exeter, ada sebuah keluarga yang terjangkit penyakit mematikan. Hampir seluruh anggota keluarga satu per satu meninggal dunia. Namun ada seorang anak yang kemudian disebut-sebut penduduk setempat sebagai vampir setelah ditemukan banyak keganjilan ditemukan di makamnya. Dan inilah kisahnya..

Keluarga George dan Mary Brown tinggal di Exeter, Rhode Island. Keluarga ini memiliki 3 orang anak, Mary Olive, Mercy, dan Edwin Brown.

Saat itu adalah akhir abad ke 19 dan penyakit-penyakit mematikan mulai banyak menjangkiti penduduk. Salah satu penyakit itu adalah tuberkulosis, penyakit paru-paru yang menakutkan sekaligus mematikan. Karena kurangnya pengetahuan medis pada saat itu, penyakit ini kerap dikaitkan dengan sihir atau ilmu hitam.

Penyakit ini menimpa keluarga Brown. Mary Brown, ibu keluarga itu meninggal dunia pada tahun 1888. Tak lama setelah itu, putri sulung keluarga yang bernama Mary Olive juga meninggal dunia. Dua tahun kemudian penyakit ini mengyerang putra keluarga Brown, Edwin.

Pada tahun 1891, Merci Brown, anak perempuan keluarga ini juga ikut terjangkit penyakit tuberkulosis dan akhirnya meninggal dunia menyusul ibunya dan saudara perempuannya pada Januari 1892. Mercy meninggal dunia di usia yang masih sangat muda, 19 tahun. Mercy dimakamkan di pemakaman Gereja Baptis, Exeter.

Mercy Brown

Penduduk yang tinggal di sekitar rumah keluarga Brown kemudian mulai percaya bahwa kematian berturut-turut yang menimpa keluarga Brown diakibatkan oleh salah satu anggota keluarga yang menjadi vampir. Entah dari mana kabar ini mulai berhembus, namun teman dan tetangga keluarga Brown mulai mempercayainya.

Akhirnya mereka mulai mendesak George Brown untuk segera menggali makam anggota keluarganya. Apalagi saat itu putra George, Edwin, tengah sakit keras akibat penyakit tersebut. Akhirnya pada 17 Maret 1892, makam anggota keluarga Brown digali. George dibantu oleh beberapa penduduk mulai melakukan penggalian.

Makam pertama yang digali adalah makam Mary, kemudian dilanjutkan dengan makam Mary Olive. Mayat kedua wanita ini terlihat mengalami pembusukan sebagaimana jasad orang yang telah mati pada umumnya. Namun yang membuat geger adalah ketika makam Mercy dibongkar. Mayat wanita muda itu sama sekali tak mengalami pembusukan.

Jasad Mercy tak mengalami perubahan sama seperti terakhir kali dimakamkan. Bukan hanya itu saja ditemukan darah di jantungnya dan beberapa anggota tubuh lainnya. Menurut beberapa laporan, posisi mayat saat peti mati dibuka sudah berubah dari saat terakhir dimakamkan. Bahkan kuku dan rambutnya tetap memanjang seolah-olah mayat itu hidup.

Hal ini segera saja membuat penduduk beranggapan bahwa Mercy Brown adalah vampir dan menyebabkan Edwin sakit.

Nisan Mercy Brown

Jantung Mercy kemudian diambil, lalu dibakar, dan abunya dicampur dengan air. Air campuran ini kemudian diminumkan pada Edwin. Entah dari mana resep obat ini didapatkan, namun yang pasti 2 bulan setelah itu Edwin meninggal dunia.

Tuberkulosis pada abad ke 19 merupakan penyakit fatal. Salah satu gejalanya adalah penurunan berat badan yang sangat drastis. Akibat kurangnya pengetahuan medis saat itu, penyakit ini banyak disangkut pautkan dengan mitos-mitos tentang makhluk jadi-jadian.

Padahal sebenarnya, sangat masuk akal mengapa jasad Mercy masih utuh dan membusuk. Jasad itu dimakamkan pada musim dingin. Udara New England yang membeku membuat tanah sulit ditembus sehingga mayat Mercy lambat mengalami pembusukan. Lagipula mayat itu baru dikuburkan selama 2 bulan.

Meskipun demikian, kisah vampir Mercy Brown tetap melegenda. Buktinya makamnya sampai sekarang seringkali dikunjungi para wisatawan.

Referensi :

https://id.wikipedia.org/wiki/Insiden_vampir_Mercy_Brown
https://vampiremercy.wordpress.com/tag/mercy-brown/

Eya
Eya Mystery and World History Enthusiast

Posting Komentar untuk "Kisah Vampir Mercy Brown"