Doa Terakhir Sang Putri: Dari Istana ke Lubang Tambang
Halo, Merrior!
Kembali lagi bersama Eya di blog Merinding yang update tiap Minggu malam. Nah, kali ini aku membawakan teka-teki seperti yang dulu pernah kita mainkan. Tapi kali ini dan seterusnya tentunya temanya sejarah.
Baiklah. Ini dia teka-tekinya...
---
Ia dibesarkan dalam istana yang sunyi. Dindingnya berwarna kelabu, dijaga tentara, dan selalu terdengar nyanyian gereja dari jauh. Ia bukan pewaris takhta, tapi semua orang tahu: kalau kau menyakitinya, kau akan berurusan dengan Raja sendiri.
Tapi itu dulu.
Saat api revolusi menyala, istana berubah jadi labirin ketakutan. Suaminya tewas mengenaskan di jalan dibunuh dengan kejam. Ia tidak berteriak histeris dan menyalahkan siapa pun. Tak ada dendam di hatinya. Ia justru mengunjungi pelaku di sel tahanan dan berkata kalau ia sudah memaafkannya.
Namun dunia seolah tidak selesai menyakitinya.
Satu per satu saudara dan kerabatnya dikurung. Hari-hari penuh desas-desus:
“Mereka akan dibunuh.”
“Atau diasingkan.”
“Atau dilenyapkan, diam-diam.”
Ia memilih jalan lain. Ia menanggalkan nama keluarga. Ia tidak bersembunyi. Ia justru pindah ke kota tempat darah paling banyak tumpah. Tempat para tentara muda mabuk akan peluru. Dan ia mulai menyembuhkan mereka. Tanpa tanya nama. Tanpa tanya berpihak ke siapa.
Mereka menyebutnya “perempuan gila yang mengobati musuh”.
Ia hanya tersenyum. Dan berdoa dalam gelap.
Malam itu, pukul 02.13, terdengar suara pintu didobrak paksa. Ia diseret. Sepatu-sepatu berat menghantam lantai batu.
Ia ditangkap bersama para perempuan lain dari biara. Tangan mereka diikat. Dalam diam dan gelap, mereka digiring—bukan ke ruang eksekusi, tapi ke mulut sebuah lubang tambang tua yang telah lama ditinggalkan. Lubang itu dalam, hitam, dan sunyi.
Tak ada perintah resmi. Tak ada pengadilan.
Satu per satu, mereka dilemparkan ke dalam. Ia tidak berteriak. Tidak meronta. Hanya menggenggam Injil kecil yang diselipkan ke dalam bajunya, dan berkata pelan, “Ampunilah mereka. Mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan.”
Tapi ada yang aneh. Perempuan itu masih hidup. Ia berdoa. Bahkan masih sempat membantu korban lainnya, merawat luka mereka. Wajahnya berdarah, tapi ia tetap berdiri… Hingga tempat itu perlahan senyap dan mengambil denyut terakhir dari tubuhnya.
Jasadnya ditemukan berminggu-minggu kemudian. Posisi tangannya terlipat di atas dada, jari-jarinya mengepal, seolah berdoa. Sapu tangan lusuh menutupi wajahnya, dililit empat lapis. Meskipun tewas mengenaskan, namun dunia pada akhirnya tahu. Lubang gelap itu memang telah mengubur tubuhnya, tetapi tak pernah mengubur kebaikan hatinya.
---
Teka-Teki untuk Merrior:
Siapakah dia?
Petunjuk:
- Ia pernah memakai gelar agung, tapi memilih menjadi pelayan.
- Ia masih saudara dari keluarga yang sangat dikenal.
- Surat-surat terakhirnya kini disimpan di museum asing.
Tulis jawabanmu di kolom komentar blog. Bagi yang menjawab akan dikirimi artikel cerita lengkapnya via email. (Bagi yang sudah menjawab, bisa cantumkan alamat email atau bila tidak nyaman boleh email langsung ke merindingblog@gmail.com).
Komentar kalian ditunggu sampai hari Kamis, 8 Mei 2025 pukul 12 malam ya. Email cerita akan dikirim keesokan harinya. Selamat menjawab^^
Posting Komentar untuk "Doa Terakhir Sang Putri: Dari Istana ke Lubang Tambang"