Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ada Apa Dengan Suku Sentinel?


John Allen Chau memutuskan untuk datang ke Pulau Sentinel Utara seorang diri dalam sebuah pelayaran ilegal. Ia meminta tolong nelayan untuk mengantarkannya pada November 2018. Meskipun tahu bahaya macam apa yang menantinya di sana, namun pemuda itu tetap pada pendiriannya. Benar saja, Chau mengantarkan nyawanya ke sana..

Kalian mungkin pernah menonton film di mana sang aktor terdampar di sebuah pulau terpencil dan terisolasi dengan suku yang masih primitif. Mereka membawa busur dan anak panah sambil meneriakkan kata-kata dalam bahasa yang sama sekali tidak dimengerti, lalu menangkapi orang yang kebetulan mengalami nasib sial terdampar di sana.

Seperti itulah kira-kira yang terjadi di Pulau yang bernama Sentinel.

Pulau Sentinel Utara mungkin bukan hanya tempat paling terisolir di dunia, namun juga tempat yang paling berbahaya. Berbahaya di sini dalam arti yang sebenar-benarnya.

Lokasi Pulau Sentinel Utara

Pulau Sentinel Utara dihuni oleh suku Sentinel yang termasuk paling terisolir di dunia. Jangankan keramahan, mereka menolak sama sekali berkomunikasi dengan dunia luar. Suku ini secara terang-terangan memberikan tanggapan agresif kepada orang luar yang mencoba berinteraksi dengan mereka.

Pulau Sentinel Utara terletak di Kepulauan Andaman dan Nicobar yang merupakan bagian dari India. Pulau ini dikelilingi oleh terumbu karang dan tidak memiliki pelabuhan alami. Seluruh pulau, selain pantai, merupakan kawasan hutan. Ada pantai pasir putih sempit yang mengelilingi pulau dengan terumbu karang terbentang di sekitar pulau tersebut.

Pulau Sentinel

Sentinel diperkirakan memiliki populasi antara 50 sampai 400 orang (tahun 2012) dan termasuk suku terakhir di dunia yang hampir tidak tersentuh oleh peradaban modern. Pemerintah India sendiri telah mengesahkan Undang-undang Perlindungan Suku Kepulauan Andaman dan Nicobar tahun 1956, yang melarang siapa pun mendekati pulau tersebut lebih dekat dari 10 km.

Suku Onge, salah satu suku Andaman yang lain, menyebut pulau yang ditinggali suku Sentinel itu sebagai Chia daaKwokweyeh. Meskipun memiliki kemiripan budaya dengan suku Sentinel, namun orang-orang Onge sama sekali tidak dapat memahami bahasa yang dipakai suku Sentinel.

Dahulu orang-orang suku Onge pernah dibawa ke Pulau Sentinel Utara oleh Inggris selama abad ke-19, tetapi mereka tidak dapat memahami cara komunikasi Sentinel. Bahasa mereka sama sekali tidak pernah diketahui.


Terisolasi Selama Berabad-Abad

Pertemuan suku Sentinel dengan dunia luar yang terdokumentasi pertama kali muncul sepertinya terjadi pada 1771. Saat itu seorang perwira Perusahaan Hindia Timur, John Ritchie, melaporkan telah melihat cahaya di pulau itu saat dia lewat. Dia kemudian menduga kalau cahaya itu berasal dari nyala api dari penduduk pulau. Namun kapal Ritchie memutuskan untuk tidak mengunjungi pulau.

Laporan berikutnya datang hampir seabad kemudian yaitu tahun 1867. Saat itu sebuah kapal dagang Hindia bernama Niniwe, karam di dekat pulau itu karena badai besar. Kemudian sebanyak 106 orang penumpangnya mendarat di pantai. Namun suku Sentinel menyerang mereka. Beruntung mereka dapat ditemukan oleh regu penyelamat Royal Navy.

Suku Sentinel di tepi pantai memperlihatkan ketidakramahan mereka

Salah satu laporan yang paling terkenal yaitu pada tahun 1880. Maurice Vidal Portman , seorang perwira Inggris, menginjakkan kaki di pulau itu dengan harapan dapat mempelajari budaya dan adat istiadat suku Sentinel. Sesampainya di sana mereka hanya menemukan desa-desa yang ditinggalkan secara tergesa-gesa. Orang-orang itu tampaknya telah melihat kedatangan rombongan Portman dan melarikan diri ke tempat persembunyian di pedalaman.

Baca juga: Blemmyes, Suku Manusia Tanpa Kepala yang Misterius

Tak hanya itu saja, Portman dan krunya menangkap enam orang Sentinel (2 lansia dan 4 anak-anak) dan membawa mereka ke Port Blair (ibu kota Distrik Pulau Andaman dan Nicobar di India). Dua dari tawanan itu yaitu pasangan lansia meninggal dengan cepat karena penyakit di Port Blair. Sedangkan empat anak-anak terjangkit penyakit.

Portman entah mengapa kemudian memutuskan bahwa adalah ide yang baik untuk mengantarkan empat anak yang sakit itu ke pantai Sentinel bersama dengan setumpuk kecil hadiah.

Maurice Vidal Portman bersama dengan orang suku Andaman

Pendaratan kedua dilakukan oleh Portman pada 27 Agustus 1883 setelah letusan Gunung Krakatau disalahartikan sebagai tembakan dan diartikan sebagai sinyal marabahaya sebuah kapal. Sebuah regu pencari mendarat di pulau itu dan meninggalkan hadiah sebelum kembali ke Port Blair. Portman mengunjungi pulau itu beberapa kali lagi antara Januari 1885 dan Januari 1887.

Pada tahun 1896, seorang narapidana yang melarikan diri mencoba melarikan diri dari Penal Colony Pulau Andaman Besar dengan rakit. Dia lalu terdampar di Pulau Sentinel Utara. Sebuah regu pencari menemukan jenazahnya beberapa hari kemudian dengan kondisi mengerikan. Tubuhnya ditemukan penuh dengan luka panah dan tenggorokan dipotong. Inggris kemudian dengan bijak memutuskan untuk tidak mengusik orang Sentinel.

Suku Sentinel tampak berjalan di pinggir pantai membawa busur dan panah

Pada malam tanggal 2 Agustus 1981, sebuah kapal barang Hong Kong bernama The Primrose kandas, menabrak terumbu karang hanya beberapa meter dari pantai timur laut Pulau Sentinel Utara. Sehari setelah itu, seorang awak kapal mulai memperhatikan lebih dari 50 orang pribumi di pantai dengan tombak dan panah di tangan mereka.

Beberapa orang suku Sentinel mendekati mereka dengan tatapan curiga dan siaga. Para kru kapal diteror oleh penduduk asli yang melambaikan tombak, busur, dan juga anak panah. Kapten Liu Chunglong menelepon untuk meminta bantuan segera dari kemungkinan serangan.

Namun karena badai besar, kapal yang megirim bantuan tidak dapat mendatangi pulau tersebut. Suku Sentinel mencoba beberapa serangan dengan busur dan anak panah mereka. Namun, karena busur primitif mereka yang memiliki jarak tembak sekitar 40 meter, anak panah itu jatuh ke udara, tidak dapat mencapai kapal.

Segera setelah badai mereda, helikopter penyelamat datang ke pulau itu dan menyelamatkan para pelaut.

Bangkai kapal yang tertangkap Google Map di pantai Pulau Sentinel

Beberapa tahun kemudian tim antropolog yang dipimpin oleh Trinok Nath Pandit, yang bekerja di bawah naungan pemerintah India, mendarat di Pulau Sentinel Utara. Seperti Portman, mereka hanya menemukan gubuk yang ditinggalkan secara tergesa-gesa. Orang-orang telah melarikan diri begitu cepat sehingga mereka meninggalkan api yang masih menyala di luar rumah mereka. 

Pandit dan timnya meninggalkan hadiah: gerendel kain, permen, dan ember plastik. Tetapi perwira angkatan laut dan polisi India yang mendampingi Pandit juga megambil barang-barang orang Sentinel, seperti busur, panah, keranjang, barang-barang lain dari rumah mereka yang ditinggalkan.

Baca juga: Misteri Pulau Hybrasil

Pandit dan rekan-rekannya terus berusaha melakukan kontak dengan suku Sentinel. Mereka biasanya menarik sampan ke pantai, mengantarkan kelapa dan hadiah lainnya, lalu segera pergi. Mereka tampaknya tidak peduli dengan barang-barang plastik yang dikirimkan. 

Tetapi mereka tampak sangat senang dengan panci dan wajan logam. Mereka juga dengan cepat menyukai kelapa, yang tidak tumbuh di pulau itu. Selama 25 tahun Pandit dan timnya melakukan itu, tanpa kontak langsung, Pandit sedang berusaha membangun kepercayaan suku Sentinel.

Pada tahun 1974, kru National Geographic mencoba mengunjungi pulau itu dengan perahu untuk merekam beberapa gambar. Namun petualangan para kru harus berakhir bahkan sebelum dimulai. Mereka diserang suku Sentinel, sang sutradara bahkan terkena panah di kakinya.

Setahun sebelum Pandit pensiun, ketekunan itu terbayar. Pada tanggal  4 Januari 1991, mereka datang kembali. Pada kunjungan itu mereka mengetahui bahwa suku Sentinel telah menggunakan logam dalam senjata mereka. Diasumsikan bahwa suku Sentinel memperoleh logam dari sisa-sisa kapal Primrose yang karam. Hal inilah yang menandai dimulainya Zaman Besi di Pulau Sentinel Utara yang tadinya hanya menggunakan busur dan anak panah.

Suku Sentinel menerima buah kelapa dan bantuan lainnya yang diberikan tim Pandit pada kunjungan 1991

Kedatangan Pandit dan timnya kali itu membawa beberapa hadiah untuk dipersembahkan kepada orang Sentinel yang menerima mereka dengan ramah. Mereka membawa banyak buah kelapa yang sangat disukai suku Sentinel. Menarik memang meskipun berada di pantai, pulau ini sama sekali tidak ditumbuhi pohon kelapa. Mereka memberanikan diri lebih dekat dengan orang luar daripada sebelumnya.

Tapi keramahan orang Sentinel ada batasnya. Pada kunjungan lainnya, beberapa minggu kemudian, seorang pria Sentinel memberi isyarat kepada Pandit bahwa sudah waktunya bagi mereka untuk pergi (dengan isyarat menghunus pisaunya dan membuat gerakan memotong). Pada tahun 1996 pemerintah India secara resmi melarang kunjungan ke pulau itu.

Setelah tsunami yang terjadi pada tahun 2004 melanda Samudera Hindia, Pemerintah India mengirim helikopter ke pulau itu untuk memastikan bahwa orang Sentinel baik-baik saja. Tetapi reaksi yang mengejutkan diterima para kru. 

Suku Sentinel mencoba mengusir pendatang dengan mengarahkan panah mereka

Ketika helikopter penjaga pantai India terbang di atas pulau itu, mereka menemukan orang Sentinel sama sekali tidak senang melihat mereka. Mereka juga sama sekali tidak ragu untuk menyerang helikopter dengan busur dan anak panah yang menyebabkan helikopter segera pergi.

Pada tahun 2006, suku Sentinel dilaporkan membunuh dua nelayan India yang sedang menangkap ikan dan kepiting di sekitar perairan Sentinel. Kedua nelayan tersebut diduga terlalu dekat dengan pantai pulau sehingga diserang. 

Kapal nelayan yang berhasil diambil oleh suku Sentinel

Belakangan, suku Sentinel juga menyerang helikopter dan awak yang datang untuk mencari jenazah para nelayan. Pihak India akhirnya membatalkan pencarian para korban dan tidak ada yang pernah melihat mayat para nelayan.

Dan akhirnya, peristiwa yang cukup menarik perhatian dunia terjadi tahun 2018 lalu. Pada November 2018, John Allen Chau, seorang misionaris Amerika Serikat berusia 26 tahun, terbunuh dalam perjalanan ilegal ke pulau Sentinel.  

Baca juga: Misteri Hilangnya Michael Rockefeller di Papua

Tujuh orang ditahan oleh polisi India karena dicurigai membantu akses ilegal Chau ke pulau itu. Memasuki radius 5 mil laut di sekitar pulau adalah ilegal menurut hukum India. Nelayan mengatakan kepada polisi bahwa mereka telah melihat orang-orang suku tersebut menyeret tubuh Chau. 

John Allen Chau

Namun pihak berwenang belum dapat secara independen memverifikasi kematiannya pada 25 November 2018. Kasus ini ditetapkan sebagai pembunuhan, tetapi tampaknya mereka tidak dapat menuntut suku tersebut.

Dalam catatan Chau yang ditemukan setelah kematiannya menunjukkan bahwa dia menyadari resiko yang akan dia hadapi ketika datang ke pulau itu. Dalam catatan terakhir untuk keluarganya yang dikirim melalui para nelayan, Chau menulis:

"Kalian mungkin berpikir saya gila karena semua ini, tetapi saya pikir itu berharga untuk menyatakan Tuhan kepada orang-orang ini. Tolong jangan marah pada mereka atau pada Tuhan jika saya terbunuh ..."

Keluarga Chau tampak ikhlas dengan apa yang menimpa pemuda itu dan tidak bersikeras untuk meminta mencari dan mengirimkan jenazahnya ke Amerika.

Referensi :

https://en.wikipedia.org/wiki/North_Sentinel_Island
https://www.forbes.com/sites/kionasmith/2018/11/30/everything-we-know-about-the-isolated-sentinelese-people-of-north-sentinel-island/
https://fellowprimo.com/north-sentinental-island/
https://gulfnews.com/world/asia/india/a-mystery-why-is-this-indian-island-cut-off-from-the-world-1.60514235
https://www.denverpost.com/2018/11/22/mysterious-indian-island-american-killed

Kasih komentar yaa.. Tanpa kalian apalah arti aku menulis. Kalian adalah penyemangat setiap kalimat demi kalimat yang kutulis, setiap artikel yang kuposting.. ;)

Perhatian: Mohon hargai penulis dengan tidak mengambil atau copy paste artikel di blog ini untuk dijadikan postingan blog/website ataupun konten Youtube. Terima kasih.. ^^

Eya
Eya Mystery and World History Enthusiast

9 komentar untuk "Ada Apa Dengan Suku Sentinel?"

  1. Wah,bahaya sekali suku Sentinel.
    BTW,hai Min :v

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Tsubasaki :) Iya makanya pemerintah India sudah melarang orang untuk mendekati pulau itu..

      Hapus
  2. Balasan
    1. Terima kasih, Najwa. Sering-sering mampir yaa.. :)

      Hapus
  3. Selain Pandit ada juga antropolog wanita yg pertama kali kesana, saya gak tahu apakah mereka satu tim. Penting para antropolog kesana karena perlu utk tujuan riset, tetapi sangat sayang ada misionaris yg nekat, tujuan dan misi yg kurang tepat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh ya Harllie? Tahun berapa antropolog wanita itu datang ke Sentinel, apakah waktunya sama dengan Pandit? Memang penting untuk melakukan riset terhadap suku ini, tapi ya itu bahayanya sungguh tidak terkira. Mendekati perairannya saja nyawa bisa melayang.

      Hapus
    2. 1991 juga min namanya Madhumala Chattopadhyay.

      Hapus
    3. Baru baca juga Harllie. Madhumala berangkat dengan tim yang sama dengan Pandit tahun 1991. Sebenarnya tadinya tim itu tidak memasukkan wanita, tapi akhirnya Madhumala diizinkan setelah menulis surat pernyataan tidak akan menuntut pemerintah jika sampai ia cedera atau bahkan sampai kehilangan nyawa. Orang tuanya juga membuat surat pernyataan yang sama.

      Hapus