Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kasus Hilangnya Margaret Clement (Lady of the Swamp)




Keluarga Clement tadinya adalah keluarga kaya raya. Anak-anak perempuan keluarga ini hidup mewah bagai sosialita. Tetapi setelah kematian ayah mereka lambat laun kekayaan keluarga itu habis. Mansion yang dulunya sangat mewah berubah menjadi rumah reot yang dikelilingi rawa. Hingga akhirnya tinggal salah seorang anak perempuan Clement yang hidup sebatang kara hingga usia tua di rumah itu. Namun pada suatu hari ia menghilang, anjing yang selalu menemaninya ditemukan tewas dengan leher digorok...

Keluarga Clement awalnya hanya keluarga sederhana. Kepala keluarga tersebut, Peter Scott Clement hanyalah penjaga hewan ternak. Namun keadaan berubah drastis setelah Peter membeli beberapa saham perusahaan pertambangan emas Victoria yang mengerjakan Long Tunnel di Walhalla. Nilai saham perusahaan itu meroket membuat keluarga Clement kaya mendadak.

Peter yang sangat menyayangi putri-putrinya kemudian menyekolahkan mereka ke sekolah-sekolah mahal di Melbourne. Tak hanya itu saja putri-putrinya itu biasa menghabiskan uang dengan membeli pakaian dan perhiasan mewah. Wisata ke tempat-tempat terkenal sudah menjadi bagian dari rutinitas keluarga ini. Terkadang mereka juga pergi liburan ke Eropa. 

Pada tahun 1907, Peter membeli Tullaree, sebuah mansion mewah di Lower Tapwin River, Gippsland. Mansion ini berdiri di atas lahan luas dan dilengkapi dengan 20 kamar yang didekorasi dengan apik. Semua itu dilakukan Peter untuk menjamin masa depan keuangan putri-putrinya yang belum menikah.

Margaret Clement dan saudara-saudaranya, Anna, Flora, dan Jeannie Clement

Namun pada masa Perang Dunia I, Peter meninggal dunia. Ia mewariskan rumah mewah itu untuk putri-putrinya terutama Margaret dan Jeannie dan juga sejumlah besar uang yang mirisnya justru dihambur-hamburkan kedua kakak beradik itu dengan pergi melancong ke negara-negara Eropa.

Terbiasa hidup serba mudah, rupanya Peter tak mengajarkan kemandirian pada putri-putrinya. Sepeninggal sang ayah, putri-putri Peter yang cantik itu tak tahu apa yang harus dilakukan dengan mansion mereka. Mereka tak mengerti bagaimana menjalankan segala urusan rumah tangga di sana.

Jadi mereka memutuskan untuk mempekerjakan seseorang untuk menjalankan segala urusan di rumah yang megah itu. Tetapi sayang orang yang mereka pekerjakan sama sekali tak kompeten dan lebih parahnya lagi tidaj jujur. Sehingga pada akhirnya mereka memutuskan untuk mengurus sendiri. Dan seperti telah kita duga hasilnya berantakan.

Baca juga: Misteri Kasus Taman Shud (The Somerton Man)

Rumah mewah itu perlahan-lahan tak lagi rusak di sana-sini. Rawa-rawa mulai mengelilingi area halaman rumah, apalagi saluran airnya tersumbat oleh lumpur-lumpur kotor. Rawa-rawa itu segera melahap lantai rumah yang memang sudah usang dimakan usia.

Pakaian mewah yang dulu mereka miliki kini tak lebih dari kain-kain tua yang usang. Pakaian-pakaian itu sudah berlubang di sana-sini dimakan rayap. Keadaan ekonomi mereka semakin mengkhawatirkan.

Clement bersaudara kemudian memutuskan untuk menjual ternak mereka yang selama ini menjadi sumber penghasilan mereka. Mereka juga sudah mulai berhutang kepada bank untuk menutupi biaya hidup. Tak hanya itu saja, mereka mulai menarik diri dari kehidupan sosial dan terisolasi. Apalagi mansion itu memang sudah cukup sulit untuk diakses. Tetangga terdekat pun jaraknya cukup jauh.

Rumah keluarga Clement yang dikelilingi rawa

Ketika keadaan ekonomi sudah semakin buruk, keadaan diperparah dengan Jeannie yang jatuh sakit. Wanita yang dulunya sangat cantik itu kini menjadi cacat. Akhirnya Margaret lah yang menjadi tulang punggung keluarga itu. Wanita yang usainya sudah tak muda lagi itu biasanya pergi sejauh belasan kilomeer sekali seminggu untuk mencari bahan makanan. Ia juga terkadang mengunjungi tetangga terdekat dengan mengarungi rawa-rawa. Sang tetangga, Bernard Buckley biasanya menyiapkan daging dan sup untuk Margaret.

Pada Juli 1950, Jeannie meninggal dunia. Orang-orang yang ingin mengeluarkan peti mati dari rumah itu begitu sulit hingga membutuhkan beberapa orang untuk mengangkat peti melewati rawa-rawa setinggi lutut itu.

Melihat kondisi tersebut dan juga mengetahui bahwa Margaret yang telah berusia lanjut akan tinggal seorang diri, seorang petugas polisi mencoba membujuk Margaret agar pindah dari rumah itu, tetapi ia menolak. Setelah kematian Jeannie, Margaret semakin tertutup. Satu-satunya sahabat yang menemaninya hanyalah seekor anjing kecil bernama Dingo.

Margaret Clement bersama anjingnya, Dingo tengah menyeberangi rawa

Setahun kemudian, ada seorang petani yang kebetulan membeli tanah yang bersebelahan dengan lahan milik Margaret. Petani itu adalah Stanley Livingstone bersama istrinya Esmie. Kedua pasangan suami istri ini membangun sebuah rumah kecil di lahan tersebut.

Waktu silih berganti dan rupanya pasangan ini berhubungan dekat dengan Margaret. Terkadang mereka juga mengundang Margaret makan bersama di rumah mereka. Margaret yang sudah berusia 72 tahun tentu membutuhkan orang lain meski hanya sekedar teman mengobrol.

Pada tanggal 21 Mei 1952, Stanley menelepon Margaret, tetapi tak ada seorang pun yang menjawab. Menurut pria itu malam sebelumnya anjing-anjingnya menggonggong aneh, seolah ada sesuatu yang tak beres terjadi. Stanley akhirnya memutuskan untuk menghubungi polisi. Tetapi setelah dilakukan pencarian ke seluruh area Tullaree, mereka tak menemukan di mana wanita tua itu berada.

Esmie dan Stanley Livingstone

Polisi hanya menemukan tongkat kayu yang biasa digunakan Margaret untuk berjalan. Wanita tua itu memang selalu menggunakan tongkat itu ke mana pun ia pergi. Nyaris mustahil ia pergi dengan benda itu. Tetapi mengapa tongkat kayu itu tertinggal di dalam rumah? Para pencari bertambah khawatir saat Dingo, anjing Margaret ditemukan dalam kondisi sudah tak bernyawa. Ada luka menganga di lehernya. Anjing kecil itu telah dibunuh. Lalu bagaimana nasib Margaret?


Teori-Teori Hilangnya Margaret Clement

Kepolisian yang melakukan pencarian pada Margaret atau jasadnya selama bertahun-tahun tak mendapatkan di mana wanita itu berada. Ia menghilang bak ditelan bumi. Teori awal yang banyak dipikirkan orang awalnya adalah Margaret yang berjalan-jalan di tepi rawa tak sengaja terjatuh ke dalam air dan tenggelam.

Baca juga: Misteri Hilangnya Anak-Anak Beaumont

Namun teori ini tampak kurang masuk akal. Pasalnya, Margaret telah tinggal di rumah itu nyaris sepanjang hidupnya. Tidak mungkin ia tidak mengetahui kedalaman rawa dan mana tempat yang berbahaya baginya.

Pihak kepolisian pernah berencana untuk mengeringkan rawa. Rencana ini membuat Livingstone senang. Tetapi kemudian rencana pengeringan itu tidak jadi dilakukan.

Pencarian Margaret Clement

Teori lainnya yang bisa dikatakan paling masuk akal adalah Margaret telah dibunuh oleh Stanley Livingstone. Polisi juga telah lama menaruh curiga pada pria itu. Tetapi masalahnya mereka tak mendapatkan bukti sedikit pun bahwa pria itu terlibat dalam hilangnya Margaret.

Pada tahun 1993, ketika polisi akan mengajukan banding terakhir kepada Esmie Livingstone, wanita itu meninggal dunia di panti jompo Morwell. Para detektif meyakini Esmie tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Margaret, termasuk kemungkinan ia dibunuh oleh suaminya. Tetapi setelah meninggalnya wanita itu, ia seolah membawanya ke liang kubur.

Pada tahun 1978, Detektif Townsend pernah mewawancarai Esmie. Dalam kesimpulan wawancara itu, ia merasa yakin bahwa Stanley memang telah menghabisi Margaret. Tetapi Esmie terlalu takut untuk mengatakan kebenarannya. Stanley sendiri sudah meninggal dunia setahun sebelumnya karena serangan jantung. Hal ini kemudian mendorong para penyelidik untuk mengorek keterangan pada Esmie lebih dalam.

Jean Lesley Sharp, salah seorang teman Esmie mengatakan pada polisi bahwa Esmie pernah mengaku padanya bahwa Stanley pernah memaksa Margaret untuk menandatangani dokumen tanah di bawah todongan senjata. Menurutnya pula, Stanley kemudian membayar dua orang pria Melbourne bernama Bradley dan Bradshaw untuk membunuh Margaret.

Tulang belulang ditemukan di bukit pasir Venus Bay pada November 1978. Tahun yang sama ketika para detektif melakukan wawancara pada Esmie. Tulang-tulang itu awalnya diduga merupakan Margaret, namun setelah diselidiki milik seorang wanita Aborigin.

Tulang belulang yang ditemukan di Venus Bay 1978, diduga milik Margaret Clement

Akhirnya, kasus hilangnya Margaret Clement tetap menjadi misteri yang tak terungkap. Kasus ini sekaligus menjadi kasus tak terselesaikan dalam sejarah kepolisian Australia di samping tentu saja kasus Taman Shud (Somerton Man), hilangnya anak-anak Beaumont, dan juga misteri lenyapnya Harold Holt, Perdana Menteri Australia ke 17 (1966-1967) pada 17 Desember 1967 ketika tengah berenang di pantai Cheviot, Melbourne.

Referensi:

https://www.historicmysteries.com/lady-of-the-swamp/
https://morbidology.com/the-missing-lady-of-the-swamp/
https://www.abc.net.au/radionational/programs/the-history-listen/the-lady-of-the-swamp/10594306
http://mydeathspace.com/vb/showthread.php?28893-quot-The-Lady-Of-The-Swamp-Mystery-quot-Margaret-Clement-Missing-From-quot-Tullaree-quot-Gippsland-Victoria-Since-1952

Eya
Eya Mystery and World History Enthusiast

6 komentar untuk "Kasus Hilangnya Margaret Clement (Lady of the Swamp)"

  1. Admin bahas tentang kasus pembunuhan berantai di Cleveland Ohio,AS yg terjadi tahun 1930an. Dikenal dengan Sebutan " Cleveland Torso Murders " atau " The Mad Butcher of the Kingsbury Run". Menurut saya menarik utk dibahas.Terima Kasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sudah dibahas kasusnya. Terima kasih sarannya ya..^^

      Hapus
  2. Yg buat kisah ini menarik sampai sekarang adalah kehidupan keluarga Clement yg berubah drastis sehingga membuat rumah mereka terisolasi jadi rawa, dan teori peninggalan emasnya.

    Soal kasus yg paling kuat dicurigai membunuh hanya Stanley Livingstone seorang, namun bukti memang gk kuat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Keluarga Clement kaya mendadak karena saham pertambangan emas ya. Teori peninggalan emas? Ya, saya juga berpikir kalau kasus ini sepertinya tidak begitu rumit, suspectnya jelas, cuma kurang bukti saja ya Harllie..

      Hapus
  3. Saya rasa Stanley Livingstone memanglah pembunuhnya, namun kenapa sang anjing juga harus ikut dibunuh?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepertinya memang dia pelakunya ya. Kita tidak tahu pikiran pembunuh, mungkin dia senang dengan menghabisi semuanya? Entahlah..

      Hapus