Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Vladimir Lenin dan Revolusi Rusia




Usai menderita kekalahan besar pada Perang Dunia I dan meletusnya Revolusi Rusia pada Februari 1917, Tsar Nicolas II terpaksa turun tahta pada Maret 1917 sekaligus menjadi Tsar terakhir yang memimpin Rusia. Setelahnya terjadi banyak peristiwa besar mulai dari pembantaian keluarga Tsar, bencana kelaparan, hingga perang saudara di Rusia. Seorang tokoh revolusioner dan penggila paham Marxisme kemudian muncul dan mengambil alih pemerintahan...

Rentetan peristiwa besar terjadi di Rusia pada tahun 1917. Mulai dari Revolusi Rusia pada Februari 1917 yang pecah setelah kekalahan Rusia pada Perang Dunia I, runtuhnya monarki yang telah berjaya selama 196 tahun, pembantaian keluarga Tsar Nicolas II, bencana kelaparan yang terjadi di mana-mana, terjadinya demonstrasi besar-besaran, hingga perang saudara.

Keluarga Tsar Nicolas II

Tamatnya riwayat monarki di Rusia kemudian membawa negara ini tak tentu arah. Pemerintahan Sementara yang tampak ingin melanjutkan kebijakan-kebijakan Tsar dibuat tak berdaya dengan berbagai macam persoalan yang menghimpit negara besar tersebut.


Vladimir Lenin Sang Tokoh Revolusioner

Nama aslinya adalah Vladimir Ilyich Ulyanov (1870-1924) merupakan putra dari seorang pegawai negeri kekaisaran Rusia, Ilya Nikolaevich Ulyanov dan Maria Alexandrovna Blank. Nama samaran Vladimir "Lenin" sendiri dipercaya oleh para sejarawan merupakan nama yang diambil dari sebuah nama sungai di Siberia, yaitu Lena. Sebelum menggunakan nama samaran itu sejak tahun 1902, Lenin sempat berganti-ganti nama samaran yaitu "K.Tulin" serta "Petrov".

Lenin tumbuh menjadi remaja pada umumnya hingga pada suatu hari suatu peristiwa mengubah karakternya. Pada Mei 1887, kakak laki-lakinya yang bernama Alexander Ulyanov dihukum gantung atas tuduhan ikut merencanakan pembunuhan terhadap Tsar yang saat itu berkuasa yaitu Tsar Alexander III, ayah Tsar Nicolas II.

Akibat peristiwa itulah Lenin menjadi sosok yang keras dan radikal. Saat berkuliah di Universitas Kazan dirinya sempat ikut serta dalam demonstrasi mahasiswa yang segera membuatnya dikeluarkan dari universitas tersebut. Tak patah arang, Lenin kemudian belajar secara otodidak dan berhasil menghantarkannya menjadi seorang pengacara pada tahun 1891.

Saat bekerja sebagai pengacara di St. Peterburg itulah Lenin muda banyak mengenal karya-karya dan membaca pemahaman dari Karl Marx. Ia sangat tergila-gila pada paham Marxisme. Namun saat itu di Rusia, karya Karl Marx serta pemahamannya dilarang. Lenin kemudian ditangkap dan diasingkan di Siberia. Selama berada di sana ia sempat menulis buku tenang perkembangan kapitalisme di Rusia.

Karl Marx

Baca juga : Jahbulon, Rahasia di Balik Isyarat Tangan yang Disembunyikan

Lenin kemudian dipulangkan dari Siberia tahun 1900 lalu kemudian ia sempat berkeliling Eropa mengunjungi berbagai konferensi Marxis. Tampaknya pemikiran Marxisme sudah melekat di kepalanya.

Pada tahun 1903 Lenin sempat berselisih paham mengenai struktur kepartaian dengan Partai Sosial Demokrat dan Buruh Rusia. Salah seorang pengurus partai bernama Julius Martov menginginkan sebuah struktur yang otonom, sedangkan di lain pihak Lenin menginginkan struktur yang terpusat. 

Partai ini kemudian terpecah dua. Orang-orang Lenin kemudian disebut kaum Bolshevik dan orang yang memihak pada Julius Martov disebut Menshevik.


Keruntuhan Monarki dan Revolusi Oktober 

Revolusi Rusia dimulai pada akhir Februari yaitu tanggal 24-29. Mereka menuntut Tsar untuk meletakkan tampuk kekuasaannya dan juga sekaligus mengakhiri monarki yang telah berkuasa di Rusia selama 196 tahun. Saat itu Lenin tengah berada di Swiss.

Tsar Nicolas II yang saat itu sudah begitu terdesak akhirnya memutuskan untuk turun tahta pada 15 Maret 1917 hanya berselang dua minggu setelah revolusi meletus. Pemerintahan sementara kemudian dibentuk dengan kabinet yang dipimpin oleh Alexander Kerensky.

Alexander Kerensky

Di saat yang sama sebuah kekuasaan yang baru juga terbentuk di negara itu yaitu Soviet. Kata "Soviet" yang berarti "dewan" itu sendiri terbentuk dari para pekerja, petani, dan tentara yang bersatu membangun sebuah pemeritahan yang baru. Sementara itu kelas Borjuis juga membentuk Pemerintahan Sementara (provinsional). Kedua kekuatan ini kemudian bersatu di bawah apa yang disebut dengan "kekuasaan ganda".

Namun rupaya Pemerintahan Sementara saat itu tampak ingin melanjutkan kebijakan Tsar terdahulu, tetapi di lain pihak pemerintahan ini begitu tak berdaya dengan situasi genting yang terus bergolak di dalam negeri. Kelaparan meluas di Rusia, perang saling jarah yang terjadi di antara imperialis terjadi, hingga pembantaian yang terjadi pada prajurit-prajurit Rusia di berbagai pertempuran mendesak posisi Pemerintahan Sementara yang saat itu dipimpin Kerensky.

Pada April 1917, Lenin kembali ke Rusia. Tanggal 3 bulan itu ia sampai di Stasiun Finlandia dan disambut oleh Nikolai Chkheidze yang tak lain adalah Kepala Petrograd Soviet. Sambutan hangat dari Chkheidze bukan tanpa alasan. Ia ingin Lenin yang saat itu ia merupakan pemimpin dari salah satu partai sosialis besar di Rusia, mendukung rencana bersatunya Pemerintahan Sementara. Namun apa yang dilakukan Lenin justru sama sekali berbeda.

Lenin percaya bahwa sejatinya kekuasaan harus diberikan kepada kaum proletar dan kelas petani miskin. Pemikirannya yang berseberangan dengan kaum sosialis Rusia juga merupakan buntut dari rasa tak puasnya pada situasi politik yang dipegang oleh pemerintahan sementara saat itu.

Ide ini kontan ditolak mentah-mentah oleh kaum Bolsheviks. Lenin berupaya keras untuk mendapatkan dukungan dari para pemimpin Bolsheviks yang tentu saja tak mudah. Ia bahkan sempat mencoba melakukan pemberontakan kaum buruh pada Juli 1917 namun usaha itu gagal yang menyebabkan dirinya harus melarikan diri ke Finlandia. 

Lenin sempat menyampaikan pemikirannya dalam berpuluh-puluh pidato yang akhirnya dapat meyakinkan pihak Bolsheviks. Sementara itu kaum Mensheviks tak menyetujui hal ini dan menuduh pria itu tengah menyulut perang saudara di Rusia.

Pidato Lenin dihadapan para pendukungnya

Akhirnya pada Oktober 1917 Lenin kembali lagi ke Rusia dan terjadilah Revolusi Oktober di bawah kepemimpinannya. Upaya Lenin kali ini berhasil dengan gilang gemilang yang juga sekaligus membuat Pemerintahan Sementara runtuh yang menyebabkan salah satu tokohnya Kerensky melarikan diri.

Pada 30 Oktober 1918, Lenin ditembak sebanyak 3 kali oleh seorang revolusioner wanita bernama Fanya Kaplan. Namun Lenin berhasil lolos dari maut. Namun sejak saat itu hingga akhir masa kepemimpinannya, kondisi kesehatannya tak pernah membaik. Tembakan itu rupanya berpengaruh pada kondisi tubuhnya.

Fanya Kaplan, revolusioner wanita yang menembak Lenin

Kesehatan Lenin berangsur memburuk dan terus menurun sejak peristiwa itu hingga akhirnya ia menghembuskan nafas terakhirnya pada 21 Januari 1924, setelah sebelumnya sempat terkena serangan stroke sebanyak empat kali.



Saat ini jasad Vladimir Lenin diawetkan dan berada di Lenin's Mousoleum. Bahkan setelah hampir 100 tahun berlalu jasad itu masih utuh sempurna dan menjadi salah satu mumi paling terkenal dan fenomenal di dunia.

Jasad Vladimir Lenin yang diawetkan kini berada di Lenin's Mousoleum


Referensi :

https://id.rbth.com/discover_russia/2017/06/01/bagaimana-lenin-berhasil-memimpin-revolusi-rusia_wyx774332
http://kalender-peristiwa.blogspot.com/2013/01/vladimir-lenin-diganti-joseph-stalin.html
https://www.history.com/news/9-things-you-may-not-know-about-vladimir-lenin
https://www.militanindonesia.org/teori-4/sejarah/8513-lenin-dan-revolusi-oktober.html

Eya
Eya Mystery and World History Enthusiast

Posting Komentar untuk "Vladimir Lenin dan Revolusi Rusia"