Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Akhir Tragis Keluarga Romanov




Dini hari tanggal 17 Juli, 100 tahun yang lalu suara tembakan senjata, tusukan bayonet, dan teriakan pilu terdengar di keheningan malam di sebuah ruang bawah tanah di Lpatiev House. Seluruh anggota keluarga Tsar Nicolas II beserta dokter dan pembantu keluarga dibantai. Bahkan setelah bertahun-tahun berlalu jasad dan tulang belulang dua anak bungsu Tsar menghilang. Inilah kisah tragis dinasti terakhir Rusia, Tsar Nicolas II.

Jika saja Rusia mampu menghapus satu halaman dalam sejarah bangsanya, pasti itu adalah peristiwa pembantaian keluarga Romanov Tsar Nicolas II yang merupakan Tsar terakhir Rusia. Bahkan mantan Presiden Rusia yang menjabat setelah keruntuhan Uni Sovyet, Boris Yeltsin pernah menyebutkan bahwa peristiwa pembantaian keluarga Romanov adalah salah satu peristiwa paling memalukan dalam sejarah bangsanya.

Pada tahun 1917, Rusia harus menelan kekalahan besar pada Perang Dunia II. Peristiwa ini kemudian menimbulkan ketegangan di dalam pemerintahan. Belum lagi huru-hara yang dilakukan rakyat Rusia saat itu menimbulkan situasi politik yang sungguh sulit bagi sang kaisar. Namun sejatinya, semua hal ini adalah bom waktu yang telah mulai menyala saat Tsar Nicolas II naik tahta.

Nicolas atau Nicolai II naik tahta menggantikan ayahnya, Alexander III yang meninggal dunia pada tanggal 1 November 1894. Saat itu Nicolas II baru berusia 28 tahun dan sebagai anak sulung, ia memang ditunjuk secara resmi setelah ayahnya mangkat. Namun karena masih muda, Nicolas II merasa belum memiliki kemampuan yang cukup untuk memerintah Rusia saat itu. 

Pada saat yang sama ia juga rupanya tengah mempersiapkan pernikahannya dengan gadis pujaan hatinya yang tak lain adalah Alexandra Fyodorovna (Putri Alix dari Hesse-Darmstadt) yang merupakan cucu kesayangan Ratu Victoria dari Inggris. Keputusan Nicolas II untuk meminang Putri Alix yang berasal dari Jerman ini mendapatkan tentangan baik dari keluarga maupun dari rakyat. Maklum saja saat itu hubungan politik Rusia dan Jerman tidaklah begitu baik. Nicolas II berharap pula dengan pernikahannya ini mampu menyatukan Rusia dan Jerman.

Upacara pernikahan Nicolas II dan Putri Alix dari Hesse

Nicolas II dan Putri Alix akhirnya menikah di Kapel Istana Musim Dingin di St Petersburg pada 26 November 1894, hanya berselang beberapa hari setelah kematian Kaisar Alexander III. Upacara pernikahan kala kerajaan masih berkabung ini disebut-sebut oleh rakyat pada saat itu akan membawa malapetaka. 

Nicolas II dan Alexandra dikaruniai 5 orang anak yaitu Olga, Tatiana, Maria, Anastasia, dan Alexei. Anak bungsu mereka yang juga merupakan satu-satunya anak laki-laki digadang-gadang akan menggantikan ayahnya kelak. Namun malangnya, sang putra mahkota mengidap penyakit hemofilia. 

Penyakit ini merupakan penyakit yang diturunkan dari Ratu Victoria yang merupakan nenek dari Alexandra. Sebagaimana diketahui ada banyak keturunan Ratu Victoria yang menderita hemofilia yang tersebar sebagai bangsawan dan memegang kekuasaan di berbagai negara. Tak heran banyak dari anak laki-laki yang menderita penyakit, yang diturunkan dari pihak ibu, harus meninggal dunia di usia sangat belia. Penyakit ini bahkan disebut-sebut sebagai kutukan kaum bangsawan.

Hal ini rupanya sangat disadari oleh Permaisuri Alexandra. Ia dengan berbagai upaya mencoba menyembuhkan sang putra mahkota. Namun keadaan Alexei tak menunjukkan tanda-tanda membaik. Hingga pada suatu hari datanglah seorang pria bernama Rasputin yang dipercaya memiliki kekuatan mistis.

Rasputin

Di bawah pengobatan Raputin inilah, kondisi Alexei dikabarkan membaik dari hari ke hari. Hal ini pulalah yang kemudian membuat Alexandra begitu menaruh hormat pada Rasputin. Bahkan segala pemikiran dan keputusan yang diambil oleh sang permaisuri tak lepas dari pengaruhnya. Hal ini rupanya tercium oleh orang-orang di dalam pemerintahan yang mulai mengkritik gaya kepemimpinan Nicolas II. Puncaknya adalah setelah Rusia menderita kekalahan pada Perang Dunia II.

Tampuk kekuasaan Dinasti Romanov yang berjaya selama lebih dari 300 tahun itu pun berada di ujung tanduk. Demo besar-besaran dan pemberontakan pada Tsar terjadi di mana-mana. Nicolas II pun akhirnya memutuskan untuk turun tahta pada tanggal 15 Maret 1917. Saat itu awalnya keluarga Romanov berencana pindah ke Inggris, karena masih berkerabat. Namun Inggris menolaknya karena takut membawa masalah di tengah memanasnya politik Rusia saat itu.

Akhirnya Tsar dan keluarganya memutuskan untuk pindah ke Yekaterinburg atas perintah dari Vasily Yakovlev. Namun yang pindah ke sana saat itu baru Nicolas II, Alexandra, dan putri mereka Maria. Sementara itu, Olga, Tatiana, Anastasia harus tetap tinggal karena kondisi Alexei saat itu yang sedang sakit. Mereka menyusul kemudian pada Mei 1918.

Pada Agustus 1917 seorang pemerintah provinsi bernama Alexander Kerensky mengevakuasi keluarga Romanov ke Tobolsk untuk melindungi diri dari upaya revolusi yang dicanangkan oleh Bolsheviks. Hal ini menyusul terjadinya perang saudara yang terjadi natara tentara merah (Bolsheviks) dengan tentara putih. Tobolks sendiri adalah sebuah kota yang terletak di Pegunungan Ural.

Tak lama tinggal di Tobolks, revolusi Rusia kembali pecah dan dimenangkan oleh kaum Bolsheviks. Hal inilah yang kemudian membuat kaum Komunis saat itu yang dipimpin oleh Vladimir Lenin berhasil berkuasa di Rusia. Sementara itu keluarga Romanov kembali harus diungsikan ke Lpatiev House yang berada di Yekaterinburg.

Foto-foto terakhir Keluarga Romanov (Foto 1)

Lima anak keluarga Romanov (dari kiri ke kanan) Anastasia, Maria, Alexei, Olga, dan Tatiana
 Foto-Foto terakhir keluarga Romanov (Foto 2)

Tsar Nicolas II bersama 5 orang putra-putrinya
Foto-Foto terakhir keluarga Romanov (Foto 3)

Alexei (dua dari kiri) bersama saudari-saudarinya Olga, Tatiana, dan Maria
Foto-Foto Terakhir Keluarga Romanov (Foto 4)

Pada tanggal 17 Juli 1918 sekitar pukul 2 dini hari atas perintah dari Komandan Yakov Yurovsky, memerintahkan Dr. Botkin untuk membangunkan seluruh keluarga Romanov yang saat itu sedang teridur lelap. Termasuk pula di dalamnya dokter dan pembantu keluarga Romanov yaitu Dr. Eugene Botkin, Anna Demidova, Alexei Trupp, dan Ivan Kharitonov. Mereka kemudian dibawa ke ruang bawah tanah Lpatiev House dengan alasan untuk berlindung karena tentara putih tengah mendekat dan mulai menembak. 

Orang-orang terdekat Keluarga Romanov yang juga ikut dibantai oleh pasukan Bolshevik
Dr. Eugene Botkin, Ivan Kharitonov, Anna Demidova dan Alexei Trupp

Saat berada di sana, tiba-tiba masuk beberapa orang tentara Bolshevik bersama dengan beberapa orang prajurit bayaran Latvia bersenjata lengkap. Tak lama setelah itu mulai terdengar berondongan senjata api. Keluarga Romanov beserta seluruh orang-orang terdekatnya dihabisi. Menurut catatan peristiwa itu terjadi dipimpin oleh Yakov Yurovsky di bawah perintah Ural Regional Soviet yang mendapatkan instruksi dari Lenin, Yakov Sverdlov, dan Felix Dzerzhinsky.

Yakov Yurovsky, memimpin pasukan untuk menghabisi seluruh keluarga Romanov

Suara teriakan dan ketakutan yang pilu memenuhi seluruh ruangan. Menurut beberapa sumber para wanita saat itu membawa berlian di pakaian mereka yang membuat tembakan peluru meleset. Mereka pun dibunuh dengan bayonet. Setelah menghabisi seluruh keluarga Romanov, tersiar rumor bahwa jasad mereka disiram dengan cairan asam kemudian dibakar untuk menghilangkan jejak.

Kondisi ruangan bawah tanah Lpatiev House tempat keluarga Romanov dieksekusi

Bolshevik kemudian mengumumkan kematian sang Tsar ke seluruh negeri. Namun anehnya mereka mengabarkan kalau istri dan anak-anak Nicolas II berhasil diungsikan ke tempat yang aman.

Bertahun-tahun lamanya jasad keluarga Romanov tak pernah ditemukan hingga pada suatu hari di tahun 1979 pasangan suami istri Dr. Alexander Avdonin dan Galina Pavlovna menemukan kuburan mereka di Koptiaki Road di Pig's Meadow. Namun penemuan ini baru dirilis ke publik beberapa tahun kemudian.

Koptiaki Road, tempat ditemukannya kuburan anggota keluarga Tsar Nicolas II

Pada saat penemuan tahun 1979 itu, dua jasad tak berhasil ditemukan. Mereka adalah Putri Anastasia dan putra mahkota Pangeran Alexei. Hal ini kemudian menimbulkan rumor bahwa keduanya berhasil selamat dari kekejian pasukan Bolshevik. Bahkan beberapa orang wanita mengaku sebagai Putri Anastasia. Mereka di antaranya adalah Anne Anderson, Eugeniea Smith, dan Natalya Bilikhodze, Eleonora Kruger. Namun semuanya tak mampu menunjukkan bukti yang kuat.

Anne Anderson yang mengaku sebagai Putri Anastasia

Hingga pada tahun 2007 yang lalu ditemukan tulang belulang manusia yang sudah hampir hancur tak jauh dari lokasi penemuan tahun 1979. Tulang-tulang itu kemudian menjalani test DNA dengan menggunakan DNA Pangeran Philips dari Inggris yang kemudian membuktikan bahwa Putri Anastasia dan Pangeran Alexei juga tak selamat dari peristiwa pembantaian dini hari di tahun 1918 itu.

Eya
Eya Mystery and World History Enthusiast

Posting Komentar untuk "Akhir Tragis Keluarga Romanov "