Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Insiden Ekspedisi Franklin




Dalam rangka menemukan jalur penjelajahan baru, dua buah kapal melakukan ekspedisi menjelajahi kawasan Arktik. Dengan membawa awak kapal berpengalaman beserta persediaan bahan makanan yang lebih dari cukup, ekspedisi ini diperkirakan akan sukses seperti ekspedisi-ekspedisi sebelumnya. Namun malangnya kapal-kapal ini terperangkap dan dinyatakan menghilang selama bertahun-tahun beserta seluruh kru. Bertahun-tahun kemudian para awak kapal ditemukan dalam keadaan mengenaskan beserta dengan kisah mengerikan yang mengirinya...

Banyak insiden maritim yang terjadi di dunia, seperti misalnya kasus hilangnya awak kapal Mary Celeste secara misterius di Lautan Atlantik. Ada pula sebuah kisah ekspedisi oleh dua buah kapal Inggris yang melakukan penjelajahan ke Kutub Utara yang berakhir dengan ketragisan.

Pada tanggal 19 Mei 1845 dimulailah sebuah penjelajahan yang dikenal dengan Ekspedisi Franklin. Ekspedisi ini dipimpin oleh Sir John Fraklin, seorang perwira Royal Navy yang juga seorang penjelajah berpengalaman. Ia membawa serta 24 orang kru beserta 110 awak kapal. Mereka berangkat dengan menggunakan dua buah kapal modern yaitu Erebus dan Terror.

Sir John Franklin

Menyadari jalur yang nanti akan mereka lalui sangat berat, mereka membawa persediaan makanan bahkan untuk tiga tahun. Sebelumnya, Franklin juga telah berhasil menyelesaikan ekspedisinya sebanyak 3 kali ke Kutub Utara.

Ekspedisi Franklin ini sendiri merupakan penjelajahan yang memiliki misi untuk menemukan jalur yang belum terpetakan di sekitar wilayah Kutub Utara. Dengan ditemukannya jalur tersebut, maka jalur ini akan menjadi rute transit utama bagi perdagangan Eropa dan Asia, sehinga akan menghemat banyak waktu dan juga biaya. Mengingat saat itu juga Inggris mulai banyak melakukan kolonisasi di wilayah-wilayah baru.

Beberapa orang kru kapal yang ikut dalam Ekspedisi Franklin 1845

Dua buah kapal Inggris tersebut pun mulai berangkat ekspedisi. Menurut beberapa catatan, perjalanan mereka tidak mendapatkan halangan berarti hingga pada suatu hari kapal mengalami kerusakan dan terperangkap dalam wilayah es membeku di Selat Victoria yang terletak dekat Pulau King William di Kutub Utara.

Para kru ekspedisi ini terakhir kali terlihat di Baffin Bay pada tanggal 26 Juni 1845 oleh rombongan kapal penangkap paus. Erebus dan The Terror beserta dengan sang kapten Sir John Franklin dan seluruh awak kemudian dinyatakan hilang. 

Tahun 1848, istri Sir John Franklin, Lady Jane Franklin menyerukan untuk melakukan pencarian pada dua kapal tersebut. Angkatan Laut Inggris segera berangkat menelusuri jejak-jejak pelayaran dua buah kapal tersebut. Dikarenakan karena begitu terkenalnya  Franklin, banyak tim pencarian yang saat itu juga terjun ke lapangan untuk membantu. Sebagiannya lagi bergerak karena adanya tawaran hadiah yang diberikan bila berhasil menemukan kedua kapal.

Lady Jane Franklin

Sebelas kapal Inggris beserta dua kapal Amerika berangkat pada tahun 1850 melakukan pencarian di sepanjang pantai timur Pulau Beechey. Pada pencarian pertama ini mereka berhasil menemukan tiga jenazah awak kapal di pulau tersebut yang telah menjadi mumi.

John Hartnell, 25 tahun, awak kapal Ekspedisi Franklin.
Meninggal pada 4 Januari 1846 dan dikuburkan di Pulau Beechey

John Torrington

William Braine

Pada tahun 1854 seorang petugas pemeriksa dari Hudson Bay Company bernama John Rae, melaporkan bahwa beberapa orang Inuits (biasa juga dikenal dengan Eskimo) pernah menceritakan pertemuan mereka dengan 40 orang kulit putih di Pulau King William pada tahun 1850. Tapi karena masalah bahasa, mereka kesulitan untuk berkomunikasi. 

Menurut penuturan para Inuits ini tim tersebut terlihat sangat kelaparan, tapi sayangnya mereka saat itu juga tidak punya makanan yang bisa diberikan. Mereka akhirnya berpisah. Tim ekspedisi Franklin terlihat pergi menuju ke arah selatan.

Rae kemudian menawarkan hadiah pada para Inuit itu yang mampu memberikan informasi tentang para awak kapal yang hilang. Orang-orang tersebut kemudian berhasil membawa barang-barang yang dikonfirmasi sebagai barang-barang milik para kru Ekspedisi Franklin. Sementara itu menurut para Inuit, satu buah kapal rusak karena terjangan es, sementara satunya lagi tenggelam.

Istri Franklin, Lady Jane Franklin kemudian meminta bantuan Leopold McClintock untuk melihat penemuan-penemuan itu kalau-kalau mendapatkan petunjuk. Kemudian berangkatlah McClintock bersama timnya ke Pulau King William. 

Di sana mereka berhasil menemukan dua buah catatan yang ditinggalkan saat ekspedisi. Catatan pertama tertanggal tahun 1845 dan menceritakan detail perjalanan kapal. Menurut catatan ini, kondisi kapal beserta seluruh kru dalam keadaan baik. Namun pada catatan yang kedua tertanggal 22 April 1847, 9 orang kru beserta 15 awak kapal tewas. Yang kemudian disusul dengan sang kapten, Sir John Franklin pada tanggal 11 Juni 1847. Sementara itu awak kapal yang tersisa melanjutkan perjalanan sekitar 746 mil ke arah selatan.

Sebuah catatan dari Ekspedisi Franklin

McClintock kemudian melanjutkan pencarian dan mengikuti jejak di mana mayat-mayat ditemukan. Dalam perjalanannya tersebut ia menemukan bekas-bekas kaleng makanan, dengan sebagiannya lagi masih belum dibuka. 




Pada tahun 1981, seorang profesor Antropologi Universitas Alberta bernama Owen Beattie bersama dengan beberapa ilmuwan lainnya memulai sebuah penelitian atas insiden ini. Penelitian dilakukan pada jasad para awak kapal beserta barang-barang yang ditinggalkan oleh awak Franklin di Pulau Beechey dan Pulau King William.

Dari penelitian tersebut didapatkan kesimpulan bahwa para awak kapal tewas akibat hipotermia, tuberkulosis, radang paru-paru, kelaparan, hingga keracunan timah. Namun keracunan timah bukan berasal dari makanan kaleng melainkan dari penyulingan air yang sangat buruk.

Sebuah hal ganjil ditemukan di mana ada banyak kaleng makanan yang belum terbuka sementara para awak kapal banyak yang mati karena kelaparan. Sementara itu tiga mayat kulit putih yang ditemukan di sungai dekat Pulau King William menunjukkan tanda-tanda bekas korban kanibalisme.

Makam-makam awak kapal dari Ekspedisi Franklin di Pulau Beechey

Sebenarnya apa yang telah terjadi pada mereka? Mengapa para kru yang kelaparan membiarkan makanan kaleng tetap utuh? Apakah satu atau beberapa orang di antara mereka kemudian mulai memangsa temannya sendiri? Entahlah insiden ini masih menjadi misteri.

Pada tahun 2014 yang lau, akhirnya para pencari asal Kanada berhasil menemukan salah satu kapal, Erebus di sebelah barat Pulau O'Reilly yang terletak di timur Teluk Queen Maud. Sementara itu September 2016, Artic Research Foundation merilis sebuah video mengejutkan. Dalam video itu mereka mengklaim telah menemukan sebuah kapal di kedalaman 24 meter di arah utara di mana Erebus ditemukan. Mereka yakin bahwa kapal itu tak lain adalah Terror yang telah menghilang lebih dari 170 tahun.

Eya
Eya Mystery and World History Enthusiast

2 komentar untuk "Insiden Ekspedisi Franklin"