Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tubuh-Tubuh Yang Membeku Dalam Keabadian di Everest


“Kira-kira 100 meter di atas Camp IV dia duduk bersandar di ranselnya, seolah-olah sedang beristirahat. Seorang wanita dengan mata terbuka lebar dan rambut melambai setiap kali ditiup angin. Itu adalah mayat Hannelore Schmatz, pendaki Jerman yang meninggal tahun 1979. Saya merasa matanya terus mengikuti setiap kali saya melewatinya..”

Banyak pendaki di seluruh dunia bermimpi untuk melakukan pendakian ke puncak Gunung Everest, meskipun perjalanan itu sangat berbahaya. Tak sedikit pendaki yang harus membayar mahal untuk pendakian yang sangat beresiko tersebut, salah satunya dengan nyawa mereka.

Begitu berbahayanya pendakian di sana, statistik bahkan menunjukkan kenyataan pahit. Untuk setiap sepuluh pendaki yang melakukan pendakian, satu orang tidak akan turun dengan selamat.

Selama bertahun-tahun sudah lebih dari 200 orang tewas di Gunung Everest terutama di titik yang dikenal juga dengan Death Zone atau Zona Kematian. Zona ini terletak di atas 26.000 kaki di ketinggian tertinggi gunung tersebut.

Camp-camp di ketinggian Gunung Everest

Dengan oksigen yang sangat tipis, pendaki tidak dapat belama-lama di wilayah ini tanpa oksigen tambahan. Di ketinggian tersebut para pendaki yang menggunakan oksigen lebih cepat akan merasa seperti tercekik.

Ketika seorang pendaki mencapai Zona Kematian, mereka memiliki waktu 2 atau 3 hari untuk mencapai puncak. Tapi itu bukanlah hal yang mudah. Pendaki membutuhkan waktu lebih dari setengah hari jam untuk mendaki sejauh 1 mil karena kurangnya oksigen dan medan yang sangat berat. Maka banyak pendaki yang tewas di tempat ini.

Jika seorang pendaki meninggal di Gunung Everest kemungkinan besar tubuh mereka akan tetap berada di sana dengan jasad yang akan menjadi mumi karena dingin yang ekstrim. Proses evakuasi yang tidak memungkinkan dan sulit menyebabkan mayat-mayat para pendaki akan dibiarkan tetap berada di sana.

Baca juga: The Big Greyman of Ben Macdhui, Misteri di Puncak Ben Macdhui

Ada sekitar 150 mayat tersebar di berbagai rute di Gunung Everest, menciptakan pemandangan yang cukup mengerikan di sepanjang jalan menuju puncak. Di rute sebelah tenggara terdapat tempat yang disebut Camp IV, yang merupakan kamp terakhir sebelum pendaki mencapai puncak. 

Di tempat inilah terdapat jasad Hannalore Schmatz yang terkenal. Sementara di rute Northeast Ridge ada tempat yang dikenal sebagai "Rainbow Valley" dengan jasad-jasad dengan pakaian warna-warni dan juga jasad pendaki yang dijuluki “Green Boots Cave”.

Hannelore Schmatz adalah pendaki asal Jerman yang melakukan ekspedisi ke puncak Everest melalui Rute Punggung Tenggara. Ia melakukan pendakian bersama dengan rombongan yang diketuai oleh suaminya, Gerard Schmatz.

Hannelore Schmatz

Pada tanggal 2 Oktober 1979, setelah mencapai puncak, Schmatz pingsan dan meninggal sesaat sebelum kembali ke Camp IV. Schmatz adalah wanita pertama dan warga negara Jerman pertama yang meninggal di lereng atas Everest. Jasad Sschmatz yang telah menjadi mumi akan menyapa para pendaki di ketinggian 330 kaki atau 100 meter di atas Camp IV. Wanita itu masih mengenakan ranselnya.

Jenazah Hanelore Schmatz berada di Camp 4

Lima tahun setelah Schmatz meninggal, seorang inspektur polisi Nepal Yogendra Bahadur Thapa dan seorang  Sherpa Ang Dorje yang hendak mengupayakan evakuasi tubuh wanita tersebut meninggal dalam sebuah ekspedisi. Beberapa tahun kemudian, angin Everest membuat tubuh Schmatz terdorong ke tepi gunung.

Oiya bagi kalian yang belum mengetahui apa itu Sherpa, Sherpa adalah nama salah satu suku di Nepal dan Tibet yang tinggal lereng-lereng Pegunungan Himalaya. Suku Sherpa ini merupakan teman terbaik para pendaki di Gunung Everest. Mereka biasaya menjadi pemandu para pendaki.

Pada ekspedisi yang sama seorang warga negara Amerika, Ray Genet juga tewas saat turun dari puncak. Salah satu pemandu Sherpa, tetap bersama tubuhnya, dan sebagai akibatnya, kehilangan sebagian besar jari tangan dan kakinya. Tubuh Genet menghilang di bawah salju, tetapi tubuh Schmatz tetap berada di tempat dia meninggal.

Baca juga: Misteri Situs Megalitikum Gunung Padang

Lain Camp IV lain pula dengan tempat yang disebut "Rainbow Valley". Dari namanya terdegar ceria ya? Padahal lokasi ini dinamai karena terdapat banyak jaket warna-warni dan perlengkapan pendaki yang masih melekat pada banyak mayat berserakan di sepanjang lereng bukit. Pendaki yang mencapai tempat ini akan melihat pemandangan itu di sepanjang rute.

Tubuh-tubuh yang membeku di Everest juga akan didapati di rute Northeast Ridge. Yang paling terkenal adalah “Green Boots Cave” yang terletak di 27.890 kaki di sepanjang Northeast Ridge Route. “Green Boots” adalah julukan yang diberikan kepada satu mayat karena sepatu bot gunungnya yang berwarna hijau cerah.

Jasad pendaki yang dijuluki "Green Boots"

Orang-orang percaya bahwa tubuh itu milik seorang pendaki India, Tsewang Paljor. Sebelum meninggal Paljor berusaha merangkak ke dalam gua untuk bertahan hidup. Paljor sendiri adalah bagian dari tim beranggotakan 6 orang dari India yang mencoba mencapai puncak Everest pada tahun 1996.

Ketika tim itu hampir mencapai puncak, badai salju melanda dan tiga anggota memutuskan untuk kembali. Tetapi Paljor dan dua orang lainnya memutuskan untuk terus mencoba. Ia tewas dengan masih mengenakan sepatu hijau cerah seperti terakhir kali pria itu masih hidup.

Rute ini jugalah yang telah merenggut nyawa dua petualang terkenal yaitu George Mallory (1924) dan Peter Boardman (1982).

Referensi:

https://en.wikipedia.org/wiki/Hannelore_Schmatz
https://www.marveladventure.com/blog/rainbow-valley-everest

Kasih komentar yaa.. Tanpa kalian apalah arti aku menulis. Kalian adalah penyemangat setiap kalimat demi kalimat yang kutulis, setiap artikel yang kuposting.. ;)

Perhatian: Mohon hargai penulis dengan tidak mengambil atau copy paste artikel di blog ini untuk dijadikan postingan blog/website ataupun konten Youtube. Terima kasih.. ^^

Eya
Eya Mystery and World History Enthusiast

9 komentar untuk "Tubuh-Tubuh Yang Membeku Dalam Keabadian di Everest"

  1. Wah,jdi klo pergi kesana harus ekstra hati².

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah itu dia, tapi puncak Everest tetap jadi impian pendaki di seluruh dunia untuk ditaklukkan.

      Hapus
  2. Selalu menarik soal pendakian di Everest, ada beberapa kisah biografi para pendaki yg difilmkan contohnya di tahun 2015. Tapi ada puncak gunung yang "katanya" lebih ekstrim dan sulit dari everest dan jarang dikisahkan yaitu Gunung K2.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh iya betul, baru tahu Gunung k2 ini. Terima kasih ya, Harllie. Kalau nanti ada yang bisa dijadikan tulisan menarik, pasti dibuat artikelnya :)

      Hapus
  3. Clara Sumarwati menjadi orang dari Indonesia dan wanita Asia Tenggara pertama yang berhasil mencapai puncak Everest

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah iya, terima kasih infonya Whinara ^^

      Hapus
  4. Pengen ke Nepal dari lamaaa bangett 😄 belum kesampaian.
    Udah nabung, uang kekumpul ehh malah ga ada temennya.

    Sering nemu di forum orang2 yang nyari temen barengan ke Nepal.
    Pengen ikut, tapi namanya juga sama orang yang ngga kenal, berasa ga nyaman.

    Akhirnya batal total, uangnya udah di belanjakan 😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, sayang sekali.. Padahal bisa jadi pengalaman hidup yang berharga. Kapan-kapan berangkatlah :)

      Hapus
    2. Mudah2an kalau ada rejeki aamiin
      Pengennya ke danau Phewa sama Poon hill aja sih.
      Kalau ke ABC/EBC ga sanggup 😅

      Hapus