Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Marie Antoinette dan Kue yang Tak Pernah Ada (Let Them Eat Cake: Hoax Mewah yang Membunuh Sang Ratu)


Jika sejarah adalah teater, maka Revolusi Prancis adalah panggung berdarah yang menelan lebih banyak rumor ketimbang fakta. Dan dari seluruh tokoh yang dipaksa naik ke atas panggung itu, Marie Antoinette mungkin adalah satu-satunya yang dihukum mati karena... kue yang tak pernah ia tawarkan.

“Let them eat cake,” katanya. Atau lebih tepatnya, katanya dia pernah berkata begitu. Faktanya? Tak ada bukti. Tapi sejak kapan kebenaran jadi syarat mutlak dalam kemarahan massa? 

Marie Antoinette lahir pada 2 November 1755 di Istana Hofburg, Wina. Sebagai anak bungsu dari Kaisar Francis I dan Maria Theresa, ia hidup dalam kemewahan Kekaisaran Habsburg. Di usia 14 tahun, ia dikirim ke Prancis untuk menikahi Louis-Auguste, calon pewaris takhta Prancis, demi memperkuat aliansi Austria–Prancis.

Ketika Louis XV wafat pada 1774, Louis XVI naik takhta dan Marie Antoinette menjadi ratu. Tapi sejak awal, rakyat Prancis tak pernah benar-benar menerima kehadirannya. Ia dipandang sebagai orang luar, seorang putri Austria dalam tubuh negara yang mulai mengalami kejatuhan ekonomi. 

Selain itu pula kenyataan bahwa ia gemar pesta, berjudi, dan membangun Petit Trianon, sebuah istana kecil tempat ia ‘melarikan diri’ dari tekanan hidup istana yang formal dan membosankan, makin membuatnya dibenci.

Ketika rakyat Prancis kelaparan akibat panen buruk dan inflasi roti pada tahun 1788, rumor tentang borosnya sang ratu menyulut bara kemarahan. Di tengah-tengah semua itu, muncul kutipan legendaris: “Qu’ils mangent de la brioche” yang artinya “biarkan mereka makan brioche”, sejenis roti manis kelas atas. Satu kalimat itu menjadi peluru retoris paling mematikan yang pernah ditembakkan ke seorang penguasa perempuan. 

Marie Antoinette tak pernah bilang, “Let them eat cake.” Sebenarnya, penulis dan filsuf Jean-Jacques Rousseau menulisnya jauh sebelum Revolusi Prancis yang meledak tahun 1789. 

Rousseau mengisahkan seorang "putri besar" yang mengatakan, "Qu'ils mangent de la brioche", tetapi tidak menyebut nama Marie Antoinette. Marie Antoinette baru berusia 10 tahun ketika Rousseau menulis itu, dan bahkan belum menginjakkan kakinya di Perancis. 

Tapi apa peduli massa pada bibliografi? Itu semua tak penting. Mereka lapar dan marah. Sang ratu dijadikan musuh rakyat karena roti, sementara para bankir dan bangsawan lokal yang membuat rakyat kelaparan justru meneguk anggur di belakang layar.

Lantas, dari mana asal kutipan itu dikaitkan dengan Marie? Pamflet-pamflet revolusioner yang beredar luas selama 1780-an dan awal 1790-an itulah yang memegang peran besar. Banyak dari mereka menampilkan ratu dalam karikatur menyindir: pelit, cabul, boros, dan tak peduli pada rakyat. Kampanye propaganda ini begitu kuat hingga dalam benak publik, Marie menjadi simbol mutlak dari dekadensi monarki.

Apakah ini sekadar kekeliruan publik atau ada desain tersembunyi dari para intelektual revolusi? Keduanya mungkin benar. Tapi yang jelas, ketika krisis ekonomi mencapai puncaknya dan roti menjadi barang mewah, nama Marie Antoinette selalu disebut dengan amarah dan ejekan. Padahal dalam surat-surat pribadinya yang ditemukan kemudian menunjukkan bahwa ia sebenarnya peduli pada rakyat miskin, meski sering dikritik karena gaya hidupnya yang boros. 

Pada 5 Oktober 1789, sekitar 7.000 perempuan Paris berjalan kaki sejauh 20 kilometer ke Istana Versailles, menuntut roti dan keadilan. Malam itu, istana diserbu. Marie dan keluarganya dipaksa pindah ke Paris, ke Istana Tuileries, di bawah pengawasan revolusioner.

Empat tahun kemudian, Marie Antoinette diadili oleh Pengadilan Revolusi. Tuduhannya tidak hanya pengkhianatan, tetapi juga incaran skandal moral. Bahkan ia dituduh melakukan hubungan terlarang dengan seorang bangsawan Swedia, Count Axel von Fersen, tuduhan yang ia tolak dengan penuh martabat. 

Pada 16 Oktober 1793, Marie dibawa ke Place de la Révolution, dan di bawah teriakan massa, guillotine menjatuhkan hukuman final bagi seorang ratu yang mungkin hanya bersalah karena lahir di waktu dan tempat yang keliru.

Dan sejarah, seperti biasa, memilih membungkus dusta itu dengan pita romantik: seorang ratu cantik, kue yang tak pernah ada, dan kepala yang jatuh di tengah sorak-sorai.

Perhatian: Mohon untuk tidak mengambil atau copy paste artikel di blog ini untuk dijadikan postingan di blog/website, Youtube, maupun platform lainnya. Terima kasih^^

Eya
Eya Mystery and World History Enthusiast

Posting Komentar untuk "Marie Antoinette dan Kue yang Tak Pernah Ada (Let Them Eat Cake: Hoax Mewah yang Membunuh Sang Ratu) "