Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Perang Saudara di Amerika (1861-1865)




Meskipun telah menyatakan kemerdekaan pada tahun 1776, namun praktik perbudakan nyatanya masih begitu marak di Amerika bahkan hingga pertengahan abad ke 19 Masehi, terutamanya di wilayah Selatan. Beberapa pasukan negara bagian yang masih ingin mempertahankan sistem ini bertempur melawan pihak federal yang memperjuangkan kemerdekaan bagi para budak di wilayah Selatan. Inilah sejarah Perang Saudara yang pernah terjadi di Amerika pada tahun 1861-1865.

Puluhan tahun menyandang status sebagai negara merdeka, bukan berarti Amerika menjadi negara yang benar-benar bebas bagi rakyatnya, terutamanya hak-hak dan kesetaraan bagi warga kulit hitam. Setelah 85 tahun memproklamirkan kemerdekaannya, negara ini masih harus berjuang dengan sistem perbudakan yang masih dianut dan dipertahankan oleh beberapa negara bagian.

Isu ini kembali mencuat tatkala Abraham Lincoln maju menjadi calon presiden Amerika dari Partai Republik pada tahun 1860. Lincoln yang dikenal sebagai sosok anti perbudakan dan menginginkan kemerdekaan bagi seluruh rakyat Amerika sesuai dengan cita-cita Declaration of Independence, berdebat dengan senator Douglas dari negara bagian Virginia yang menyetujui sistem perbudakan.

Abraham Lincoln

Pada akhir tahun 1860, Abraham Lincoln terpilih menjadi Presiden Amerika yang ke 16. Dahulu saya tidak mengetahui mengapa Lincoln disebut sebagai salah satu Presiden terhebat dan paling berpengaruh, rupanya karena keberaniannya menentang perbudakan dan keberhasilannya membebaskan negara itu dari sistem perbudakan yang telah berlangsung selama 2,5 abad sejak zaman kolonial Inggris (1619-1865)


Latar Belakang Perang Saudara di Amerika

Perang Saudara atau Perang Sipil (Civil War) atau Perang Antar Negara Bagian atau Perang Budak adalah sebutan yang merujuk pada perang saudara yang terjadi di Amerika pada 12 April 1861 hingga 9 April 1865.

Seperti telah disebutkan di atas, latar belakang Perang Saudara ini adalah di wilayah Selatan masih menjalankan praktik perbudakan. Para budak yang berasal dari kulit hitam ini umumnya dipekerjakan di ladang. Sementara itu negara-negara di Utara menentang praktik ini, bahkan mereka membuat hukum bahwa tidak seorang pun bisa memperbudak orang lain.

Potret Praktik Perbudakan di South Carolina (1862)

Hal ini kemudian semakin meruncing ketika Abraham Lincoln terpilih sebagai Presiden Amerika. Sosoknya yang terkenal sebagai penentang perbudakan, langsung mendapatkan pertentangan dari negara-negara bagian wilayah Selatan. Segera saja negara-negara bagian ini ingin memisahkan diri dari Amerika Serikat.

Perang ini terjadi antara 11 negara bagian yang mendukung perbudakan di Selatan (Pihak Konfederasi) melawan pihak Federal/Union/Uni. Negara bagian yang menjadi bagian Konfederasi yaitu South Carolina, Florida, Mississippi, Georgia, Alabama, Texas, dan Louisiana. Menyusul kemudian bergabung dengan Konfederasi adalah Arkansas, Tennesse, Virginia, dan North Carolina.

Peta pembagian wilayah pada Perang Sipil di Amerika (1861-1865)

Sementara itu pihak Union atau Federal yang menginginkan kemerdekaan terdiri dari 23 negara bagian yaitu California, Michigan, Delaware, Kansas, Illinois, Indiana, Iowa, Maine, Kentucky, Massachusetts, Maryland, Michigan, Missouri, Minnesota, New Jersey, New York, New Hampshire, Oregon, Ohio, Pennsylvania, Rhode Island, Vermont, dan Wisconsin.

Tak lama setelah pelantikan Abraham Lincoln, pada tanggal 4 Februari 1861, negara bagian yang mendukung perbudakan menyatakan keluar dari negara Federal dan membentuk Konfederasi. Mereka memilih Jefferson Davis sebagai pemimpin negara dan Richmond, Virginia ditetapkan sebagai ibu kota resmi Konfederasi. Situasi Amerika pun memanas.

Jefferson Davis

Pada tanggal 12 April 1861, pasukan dari negara-negara Selatan yang tergabung dalam Konfederasi menyerang pasukan Amerika di benteng Fore Sumpter, Virginia. Peristiwa inilah yang merupakan sebab awal meletusnya Perang Sipil di Amerika selama 4 tahun lamanya.



Perang Sipil yang Terjadi di Amerika 

Pemberontakan mulai terjadi di mana-mana. Wilayah timur di mana terdapat ibu kota Amerika, Washington DC, yang tentunya pro Federal, hnaya berjarak sekitar 90 mil dari ibukota Konfederasi di Richmond, Virginia, yang merupakan pusat dan basis pihak Konfederasi. Maka pertempuran pun kerap terjadi di sekitar wilayah ini. 

Pihak Union/Uni/Federal memiliki pasukan sebesar 2.100.000 orang dengan tokoh-tokoh antara lain Abraham Lincoln, Ulysses S. Grant, Winfield Scott, George B. McClellan, Henry Wager Halleck, dan Gideon Welles. Di pihak Konfederasi, tokoh-tokoh pentingnya yaitu Jefferson Davis, Robert E. Lee, P.G.T Beauregard, Joseph E. Johnston, dan Stephen Mallory. Pihak konfederasi harus bertarung dengan jumlah pasukan setengah pasukan Uni yaitu 1.064.000 orang.

Pihak konfederasi dipimpin oleh seorang jenderal jenius dan ahli taktik bernama Robert E. Lee. Di bawah komandonya, pihak Konfederasi banyak memenangkan pertarungan misalnya pada Pertempuran Bull Run pertama dan kedua, yang kemudian berhasil memukul mundur pasukan Union.

Ulysses S. Grant (kiri) dan Robert E. Lee (kanan)

Sementara itu pihak Federal atau Uni juga memiliki pimpinan perang yang tak kalah hebat. Bahkan ia dijuluki sebagai jenderal terhebat oleh Abraham Lincoln. Ia adalah Ulysses S. Grant, yang kelak akan menjadi Presiden Amerika ke-18. 

Ulysses diangkat menjadi jenderal di bagian Timur. Ia memimpin pasukan untuk melakukan penyerangan di daerah Sungai Mississippi. Dalam penyerangan ini pihak Konfederasi kocar-kacir. Dalam Operasi Appomattox, Ulysses kemudian berhadapan dengan Robert E. Lee, pimpinan pasukan Konfederasi. Lee yang telah kalah jumlah pasukan sejak awal kemudian menyerah pada 9 April 1865.

Dengan pernyataan menyerah dari pihak Konfederasi, maka menandai berakhirnya Perang Sipil di Amerika. Berakhirnya Perang Saudara ini sekaligus juga menghapus sistem perbudakan di seluruh negara bagian Amerika selama-lamanya, yang juga merupakan cita-cita sang presiden Abraham Lincoln. Setelah perang ini selesai, maka Amerika memasuki babak baru dalam sejarah perpolitikannya yang dikenal juga dengan Masa Rekonstruksi.


Fakta-Fakta Menarik Perang Saudara di Amerika

Terdapat beberapa hal dan fakta-fakta yang menarik seputar peristiwa Perang Sipil di Amerika, yaitu:

1. Perang ini merupakan perang pertama dalam sejarah yang menunjukkan kemajuan industri persenjataan dalam sejarah umat manusia. Selama perang berlangsung, terdapat pembuatan rel kereta, kapal uap, produksi berbagai macam alat militer modern, hingga penggunaan senjata massal.

Berbagai senjata modern telah mulai digunakan saat Peran Sipil Amerika

2. Praktik perang yang banyak terdapat pada perang sipil di Amerika, seperti praktik perang total (dikembangkan oleh Sherman di Georgia) dan strategi perang parit (yang terdapat di sekitar Petersburg) telah menjadi taktik perang yang umum ditemukan pada saat Perang Dunia I di Eropa berlangsung.

Strategi Perang Parit

3. Senjata Winchester (perusahaan senjata dan mesiu yang didirikan oleh Oliver Winchester) adalah salah satu senjata yang banyak digunakan ketika perang sipil di Amerika berlangsung. 




4. Meskipun menjadi sosok paling berpengaruh dan berjasa dalam membebaskan Amerika dari perbudakan, namun Abraham Lincoln tidak dapat menikmati hasil dari pencapaian cita-citanya. Ia terbunuh hanya beberapa hari setelah pihak Konfederasi menyerah. Abraham Lincoln ditembak mati oleh John Wilkes Booth di Teater Ford pada 14 April 1865.


Ilustrasi peristiwa penembakan Abraham Lincoln di Teater Ford

Referensi :

https://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Saudara_Amerika_Serikat
http://wartasejarah.blogspot.com/2018/01/perang-saudara-di-amerika-serikat-pada.html

Eya
Eya Mystery and World History Enthusiast

Posting Komentar untuk "Sejarah Perang Saudara di Amerika (1861-1865)"