Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Orang Pendek, Cryptid Misterius dari Sumatera




Orang Pendek adalah makhluk Cryptozoologi yang dilaporkan menghuni hutan-hutan di Sumatera. Sejak awal abad ke-20 sudah banyak laporan dan dokumentasi mengenai kemunculan makhluk ini. Menurut sejumlah saksi mata, makhluk yang tingginya kurang dari 1 meter ini, memiliki tubuh berbulu layaknya seekor kera, namun berjalan tegak seperti manusia.

Jika di wilayah Eropa dan Kanada mengenal BigFoot dan orang-orang Pegunungan Himalaya familiar dengan Yeti, maka Indonesia memiliki makhluk Cryptid yang tak kalah menarik. Makhluk itu dikenal dengan Orang Pendek.

Beberapa wilayah di Indonesia mengenal kisah mengenai makhluk bertubuh pendek, misalnya saja di Gorontalo ada makhluk yang disebut "Mangubi" dengan idetifikasi beragam mulai dari sejenis binatang (monyet) hingga menyerupai manusia.

Di Sumatera, makhluk ini dikenal dengan sebutan Orang Pendek. Nama-nama lokal lainnya yang diasosiasikan dengan makhluk ini antara lain Uhang Pandak, Orang Gugu, Orang Letjo (Leco), Atu Pendek, Sedabo, Sindai, dan Sedapa.

Ilustrasi Orang Pendek

Makhluk ini banyak dilaporkan mendiami belantara hutan wilayah Sumatera seperti misalnya Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, hingga Lampung. Biasanya laporan penampakan paling banyak terjadi di perbatasan Taman Nasional Kerinci Seblat yang berlokasi di dalam hutan hujan Bukit Barisan.

Orang Pendek yang misterius bukanlah termasuk orang Kubu, Sakai, maupun Talang Mamak. Menurut legenda yang beredar, Orang Pendek dipercaya sebagai orang Sumatera Asli (Proto Melayu) yang ribuan tahun lalu menyingkir masuk ke dalam hutan karena kedatangan kelompok Melayu Muda yang datang dari daratan Asia. Sampai saat ini mereka hidup di hutan dan goa-goa sera bersembunyi dari dunia luar.

Baca juga: 7 Makhluk Mitologi Indonesa Paling Legendaris

Sementara itu, menurut ahli Cryptozoology, W. Osman Hill, Orang Pendek masih ada hubungannya dengan Homo Erectus di Jawa, sementara peneliti lain menghubungkannya dengan hobit di Flores.

Menurut beberapa saksi yang pernah melihat makhluk ini mengatakan Orang Pendek tingginya kurang dari 1 meter hanya 70 cm-85 cm. Meskipun ada pula yang berpendapat tinggi mereka bisa sampai 150 cm. Tubuh mereka ditutupi oleh rambut pendek berwarna abu-abu atau coklat. Mulutnya kecil, jarak antara dua buah mata jauh. Bahu tegap, dada bidang, dan tangan yang kuat. Namun kaki mereka kecil dan cenderung kurus, dengan jari kaki besar.

Menurut beberapa kisah yang beredar, tumit makhluk ini menghadap ke depan sehingga bisa lari dengan sangat kencang. Itulah mengapa nyaris tak ada yang dapat menangkap makhluk ini atau pun mengambil gambarnya dengan jelas. Lagi pula ia memiliki indera penciuman yang sangat tajam. Begitu mengetahui keberadaan manusia, ia akan langsung menghilang di balik kegelapan hutan.

Orang Pendek biasanya ditemukan tak memakai pakaian atau hanya memakai celana selutut. Tak diketahui bagaimana mereka saling berkomunikasi satu sama lain. Bahasa apa yang digunakan. Hanya saja beberapa orang saksi mengatakan mereka mendengar suara-suara aneh keluar dari mulut mereka.

Orang Pendek senang mencari makan dengan mengambil hasil pertania seperti jagung, ubi,dan kentang. Mereka juga dilaporkan suka buah-buahan seperti misalnya Durian yang memang banyak ditemukan di Sumatera. Penduduk lokal terkadang melihat mereka tengah mengambil udang di sungai. Mereka berburu hewan dengan menggunakan senjata misalnya tombak, panah, atau semacam golok.


Laporan dan Kesaksian Pertemuan dengan Orang Pendek

John of Marignoli (1338-1353)

Ia mungkin saja adalah orang pertama yang pernah melaporkan adanya penampakan Orang Pendek. Ia bertemu dengan makhluk itu saat mengunjungi Kerajaan Saba (kemungkinan sebagai Jawa atau Sumatera). Ia melihat makhluk berbulu itu melarikan diri ke dalam hutan setiap kali terlihat oleh manusia.

Edward Jacobson

Pada 21 Agustus 1915, Jacobson yang tengah bersama Mat Getoep menemukan sekumpulan jejak aneh di tepi danau Bento yang terletak di Gunung Kerinci, Jambi. Jejak kaki itu berukuran sekitar 5 inci. Getoep mengatakan bahwa jejak kaki aneh itu adalah jejak Orang Pendek.

Van Heerwarden

Heerwarden menyaksikan secara langsung Orang Pendek secara tak sengaja saat dirinya tengah melakukan survei wilayah pada Oktober 1923 di Sumatera. Menurut keterangannya Orang Pendek memiliki deskripsi tubuh dipenuhi dengan rambut pendek, tubuhnya besar tapi pendek. Namun menurutnya wajahnya sama sekali tak terlihat buruk atau mirip dengan monyet. 

Heerwarden hampir saja bermaksud menembak makhluk tersebut, namun karena makhluk itu mirip dengan manusia, ia mengurungkan niatnya.

Oostingh

Manajer perkebunan ini berjumpa dengan Orang Pendek pada Desember 1917 di sebuah hutan dekat Bukit Kuba. "Aku melihat makhluk berbulu pendek, dengan tubuh besar dan bahu lebar yang sama sekali tak condong. Tingginya hampir sama denganku. Lalu aku melihatnya bukanlah manusia, tetapi juga bukan Orang Utan. Awalnya aku pikir itu kera besar atau siamang, tapi siamang memiliki bulu panjang, sedangkan makhluk itu berbulu pendek."

Suku Anak Dalam

Suku Anak Dalam yang diketahui sebagai Orang Batin Simbilan, Orang Rimba, atau Orang Kubu adalah osekelompok orang yang hidup nomaden. Biasanya mereka ditemui hidup di hutan-hutan Jambi dan Sumatera Selatan. Menurut keterangan mereka, Orang Pendek hidup terpisah dengan mereka dan tinggal di dalam hutan selama berabad-abad.

Penduduk Lokal

Sementara itu tak terhitung lagi klaim dari penduduk lokal yang mengaku pernah melihat sendiri keberadaan Orang  Pendek. Deskripsi makhluk ini sama seperti gambaran sebelumnya yaitu makhluk dengan tubuh pendek, berbulu, dan tampak seperti setengah binatang setengah manusia.

Kemunculan makhluk yang diduga Orang Pendek

Pada tahun 1995 saat gempa dahsyat melanda Liwa, Lampung, beberapa orang mengatakan mereka melihat Orang Pendek keluar dari dalam hutan, mungkin karena takut akan gempa tersebut.

Baca juga: Kisah Zana dari T'khina


Para Peneliti Barat

Salah seorang peneliti yang sangat menaruh minat pada Orang Pendek adalah Deborah Martyr. Peneliti asal Inggris ini pada tahun 1989 pernah menemukan jejak Orang Pendek di barat daya Sumatera. Menurut keterangannya jejak kaki itu seukuran anak berusia 7 tahun. Ia lalu mencetak jejak kaki itu dengan gips dan mengirimkannya ke badan pemerintahan taman nasional. Sayangnya cetakan jejak kaki itu kemudian menghilang.

Debbie kemudian bersama dengan seorang fotografer bernama Jeremy Holden memulai proyek penyelidikan terhadap Orang Pendek yang didanai oleh Fauna and Flora Inernational. Proyek ini bertujuan untuk mendokumentasikan secara sistematis kesaksian orang-orang mengenai makhluk tersebut.

Deborah Martyr

Tanggal 30 September 1994, Martyr melihat Orang Pendek di wilayah Gunung Kerinci. Makhluk itu tengah berjalan tegak dengan 2 kakinya. Saat beberapa meter, makhluk itu menoleh ke belakang dan melihat Martyr, lalu ia segera menghilang masuk ke dalam hutan. Setelah itu menurut Martyr, ia sempat 2 kali menjumpai makhluk tersebut.

Pada tahun 2001-2003, tiga orang Inggris, Adam Davies, Andrew Sanderson, dan Keith Townley selama perjalanan mereka ke Gunung Tujuh menemukan rambut dan jejak kaki yang diduga milik Orang Pendek. Hasil temuan mereka ini kemudian dikirimkan kepada Dr. David Chivers dari University of Cambridge. Menurut hasil analisanya, jejak kaki itu unik karena percampuran antara gibbon, orang utan, simpanse, sekaligus juga manusia. Jejak kaki itu belum pernah dikenal sebelumnya.

Jejak kaki yang ditemukan Davies-Sanderson

Sementara itu rambut dianalisa di Ausralia oleh Hans Brunner. Ia membandingkan rambut itu dengan primata lain dan juga binatang lokal. Hasilnya menurutnya spesies primata itu belum terdokumentasikan sebelumnya.

Dr. Todd Disotell, seorang antropolog dan biological dari New York University menguji DNA rambut tersebut. Hasilnya ia menemukan adanya DNA manusia dalam sampel yang diujinya.


Perburuan Orang Pendek

Majalah Pandji Poestaka No.45 Tahoen X, 3 Juni 1931 halaman 701 memuat sebuah artikel laporan penangkapan Orang Pendek. Menurut artikel tersebut, seorang tukang pencari rotan telah beberapa kali berjumpa dengan Orang Pendek di hutan. Kabar ini kemudian sampai di telinga Raja di Roka yang segera memerintahkan penangkapan Orang Pendek hidup atau mati.

Orang-orang segera melakukan perburuan pada makhluk tersebut. Dan menurut ceritanya, mereka berhasil menangkap anak Orang Pendek tersebut yang mati setelah ditembak. Namun ibunya, yang juga tertembak, berhasil melarikan diri masuk ke hutan.

Perburuan Orang Pendek terus berlanjut. Sebabnya beberapa ilmuwan Eropa menginginkan mendapatkan makhluk ini untuk diselidiki. Perserikatan ilmuwan itu bahkan rela membayar hingga 100 ribu rupiah, uang yang tentu sangat banyak saat itu. Iming-iming uang yang demikian besar membuat banyak orang berlomba-lomba mendapatkan makhluk tersebut.

Namun karena dikhawatirkan akan mengancam kelangsungan hidup makhluk tersebut, otoritas kolonial kemudian melarang perburuan terhadap makhluk tersebut.


Makhluk Apa Sebenarnya Orang Pendek Itu?

Ada beberapa penjelasan terkait apa sebenarnya makhluk yang disebut-sebut sebagai Orang Pendek yang selama berabad-abad mendiami hutan di Sumatera ini.

Teori pertama adalah kemungkinan saksi mata salah melihat atau mengenali makhluk tersebut. Bisa jadi jejak kaki itu sebenarnya adalah milik hewan beruang. Beruang ini memiliki kaki seperti manusia dengan ukuran tubuh seperti anak-anak. Atau ada pula kemungkinan yang orang lihat sebenarnya adalah orang utan.

Penjelasan kedua adalah Orang Pendek sebenarnya adalah jenis primata yang belum terdokumentasikan. Orang Pendek dilaporkan memiliki karakteristik fisik yang sebenarnya berbeda dengan binatang lainnya. Bahkan beberapa saksi mata mengatakan makhluk itu memiliki penampakan setengah manusia setengah kera. Orang Pendek bisa jadi merupakan genus baru dari primata atau memang merupakan spesies baru.



Teori ketiga mengatakan bisa jadi makhluk ini merupakan jenis kera besar yang berhasil selamat dalam evolusi. Menurut van Heerwarden, orang-orang berspekulasi bahwa makhluk ini adalah hominin. Pada Oktober 2004 sejumlah peneliti mempublikasikan klaim penemuan tulang dari spesies baru di gua di Flores yang berusia sekitar 12.000 tahun. Spesies tersebut digambarkan memiliki tinggi kira-kira 1 meter. Homo floriensis, nama spesies tersebut bisa jadi masih bertahan dan sama dengan Orang Pendek.


Kisah-Kisah Mistis Orang Pendek 

Masyarakat Indonesia memang tak lepas dari kisah-kisah gaib, tahayul, mistik, dan semacamnya. Sebagian penduduk lokal di mana Orang Pendek konon sering menampakkan diri, mereka menganggapnya sebagai hewan, sebagian lagi percaya kalau itu merupakan suku kuno yang menyingkir ke hutan karena kedatangan suku modern, sebagian lagi percaya kalau makhluk itu adalah makhluk gaib.



Di Bukit Duabelas, Orang Rimba menyebut mereka dengan sebutan "Hantu Pendek", yang digambarkan lebih condong pada setan atau hantu, daripada binatang. Menurut Orang Rimba, Hantu Pendek biasanya berkelompok 5-6.

Kisah-kisah mistis dan gaib yang menyelimuti makhluk ini bahkan sampai hingga larangan yang agak tak masuk akal. Misalnya saja orang akan mendapatkan bala (bencana) bila terlalu ingin tahu tentang mereka.

Makhluk ini juga telah menjadi bagian dari cerita-ceria di dalam hutan rimba Sumatera yang menyangkut kerajaan para bunian (makhluk halus).

Kalian bisa menyaksikan beberapa video Orang Pendek ini dari British Documentary (video Youtube Frauke Biernlich) dan juga video lainnya mengenai kemunculan makhluk ini.





Referensi:

https://id.wikipedia.org/wiki/Orang_pendek
https://en.wikipedia.org/wiki/Orang_Pendek
http://www.enigmablogger.com/2009/10/orang-pendek-hominid-mini-dari-sumatera.html
https://niadilova.wordpress.com/2015/06/28/orang-pendek-leco-di-hutan-hutan-sumatera/
https://indocropcircles.wordpress.com/2017/03/27/misteri-suku-mante-di-sumatera-2/

Eya
Eya Mystery and World History Enthusiast

Posting Komentar untuk "Orang Pendek, Cryptid Misterius dari Sumatera"