Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sir Arthur Conan Doyle dan Kasus George Edalji




Pada masa puncak karirnya sebagai novelis, Sir Arthur Conan Doyle mendapatkan sebuah surat. Surat tersebut berisi permohonan untuk meninjau sebuah kasus yang amat pelik dan cukup mendapatkan perhatian luas publik Inggris saat itu. Mampukah penulis kisah kriminal dan detektif ini beraksi seperti tokoh ciptaannya Sherlock Holmes menangani kasus di dunia nyata?

Pada bulan Desember 1906, saat nama Sir Arthur Conan Doyle tengah berada di puncak ketenaran, ia mendapatkan sebuah surat dari seorang pria yang putus asa. Surat itu berasal dari seorang pria bernama George Edalji yang sebelumnya telah dipenjara dalam kurun waktu hingga 3 tahun karena tuduhan tindak kriminal yang sama sekali tak dilakukannya.

George Edalji merupakan keturunan campuran di mana ayahnya, Shapurji Edalji berdarah India dan ibunya, Charlotte Edalji asli warga Inggris. Keluarga Edalji hijrah ke Inggris tahun 1875. Mulai dari sekolah menengah rupanya bakat George dalam berceramah telah mulai tampak. Hal ini didukung pula karena sang ayah adalah seorang kepala keagamaan. Ia bahkan menjadi semacam pemimpin di sebuah komunitas kecil di Staffordshire. Namun rupanya karena ia adalah keturunan India, ada pihak yang tidak menyukainya.

Pada tahun 1882, Edalji telah mulai mendapatkan surat ancaman. Surat itu dilemparkan seseorang ke arah kaca jendela hingga pecah. Surat ancaman bernada rasis itu bahkan menyebut-nyebut kata "black master" dan juga berisikan ancaman yang ditujukan pada pembantu rumah bernama Elizabeth Foster. Tidak diketahui siapa pengirim surat ancaman itu bahkan setelah bertahun-tahun lamanya.

George Edalji kembali mendapatkan surat ancaman saat usianya 16 tahun yaitu pada tahun 1892. Pada saat yang sama rupanya W.H. Brookes, pemimpin gereja Staffordshire memperoleh surat ancaman dan penghinaan yang ditandatangani oleh Edalji. Namun Edalji mengatakan tanda tangan itu palsu. Tetapi sepertinya Brookes menaruh kecurigaan pada Edalji yang menurutnya memiliki wajah dan senyum misterius yang sempat dilihatnya saat ia berada di stasiun kereta saat kasus ini menghangat. Edalji yang saat itu bersekolah di Walsall Grammar School pun akhirnya dikucilkan.

Pada tahun 1903 sebuah kasus yang lebih serius terjadi. Insiden mutilasi ternak terjadi di Great Wyrley Outrages. Sepanjang tahun 1903 itu telah terjadi beberapa kali mutilasi hewan-hewan ternak kuda, sapi, dan domba milik warga. Polisi lalu menerima sebuah surat dari sebuah gang yang mengklaim bertanggung jawab terhadap insiden itu. 

Nama-nama anggota gang itu berada dalam daftar, salah satu nama yang tertulis di sana adalah George Edalji. Edalji kemudian ditangkap pihak kepolisian dan karena tidak adanya alibi yang kuat, ia kemudian divonis 7 tahun penjara.

Proses persidangan Edalji atas kasus mutilasi ternak

Pihak keluarga Edalji yang tahu anaknya tidak bersalah kemudian berusaha untuk mempublikasikan tentang kasus ini secara luas. Setelah 3 tahun mendekam di penjara pada tahun 1906, Edalji dibebaskan tanpa penjelasan berarti apalagi permintaan maaf dari pihak kepolisian. Namun sialnya, setelah bebas, Edalji tidak dapat melamar pekerjaan di mana pun karena reputasinya yang telah hancur. Ia pun berusaha sekuat tenaga untuk membersihkan nama baiknya. 

Edalji lalu menuliskan kisahnya yang sempat dipublikasikan media setempat "The Umpire". Di tengah keputusasaannya, ia menuliskan sepucuk surat pada novelis Inggris ternama, Sir Arthur Conan Doyle.

Kisah Edalji yang dipublikasikan oleh Umpire

Januari 1907, Doyle memutuskan untuk bertemu dengan Edalji secara pribadi di sebuah lobi hotel. Rupanya saat itu, Conan Doyle datang terlambat. Dari kejauhan ia melihat Edalji yang menunggu sambil membaca koran dengan jarak yang sangat dekat juga agak miring ke kanan. Saat pertama kali bertatap muka, Doyle rupanya sudah dapat memastikan bahwa Edalji tidak bersalah, ia hanyalah korban fitnah. 

Doyle menganalisis bahwa Edalji menderita miopia (rabun jauh) dengan derajat 8 dioptri. Tidak hanya itu saja, ia juga menderita kelainan mata silinder (astigmatis). Logikanya adalah bagaimana orang yang menderita rabun jauh disertai dengan kelainan mata silinder dapat pergi ke peternakan malam hari lalu membunuh ternak hidup seorang diri dan hanya meninggalkan sedikit bercak darah pada pakaiannya? Sangat tidak masuk akal!

Mata Edalji membuktikan dengan sangat terang bahwa dirinya tidak bersalah, namun juga mirisnya membuanya tampak bersalah karena ketidakmampuannya matanya untuk fokus. Orang biasa akan melihatnya seperti orang yang melihat dengan cara aneh seperti psikopat.

George Edalji

Didorong rasa kemanusiaan dan merasa terpanggil untuk melakukan apa yang bisa ia perbuat, Doyle lalu melakukan investigasi mendalam pada kasus ini. Dalam penyelidikannya, Conan Doyle mendapati banyak kejanggalan pada kasus ini. Pisau yang ditemukan di rumah Edalji yang diduga digunakan untuk memutilasi ternak, adalah pisau yang berkarat yang sama sekali tidak ditemukan noda darah. 

Selain itu, tulisan tangan dalam surat yang diterima polisi tahun 1903 tidak sama dengan tulisan Edalji, padahal pada saat pemeriksaan mereka mempekerjakan ahli pembaca tulisan tangan. Untuk membukikan hal ini, Conan Doyle bahkan sampai melibatkan ahli tulisan tangan ternama bernama Dr. Lindsey Johnson

Sir Arthur Conan Doyle

Belum lagi sepatu berlumpur Edalji yang digunakan sebagai barang bukti. Ternyata tanah pada sepatu itu berbeda dengan tanah di mana ternak-ternak ditemukan mati. Tidak sampai di situ saja, polisi bahkan menggunakan kulit kuda mati sebagai barang bukti, lengkap dengan baju Edalji yang terdapat beberapa bercak noda darah dan rambut kuda.

Conan Doyle juga mendapati surat ancaman yang dikirimkan kepada Edalji terlipat serta memiliki sedikit cap bekas sekolah Walsall Grammar School. Doyle segera menemui mantan kepala sekolah itu untuk menanyakan kalau-kalau ada seseorang mencurigakan di sana. Menurut mantan kepala sekolah, saat Edalji mengenyam pendidikan, memang ada seorang anak yang dikeluarkan karena bermasalah. Dan setelah diselidiki, anak tersebut ternyata telah berprofesi sebagai tukang daging.

Sir Arthur Conan Doyle lalu menuliskan hasil investigasinya dalam artikel yang dipublikasikan oleh Daily Telegraph. Tulisannya ini kemudian mendapat perhatian luas publik dan pemerintah Inggris saat itu. Ia juga segera menyerahkan hasil investigasinya pada Home Secretary yang segera bergerak dan akhirnya menyatakan bahwa Edalji tidak bersalah.

Hasil Investigasi kasus George Edalji

Namun mirisnya, pihak-pihak yang terlibat dalam proses hukum dan penahanan pada Edalji sama sekali tidak pernah dilakukan penyeidikan dan proses hukum, apalagi penahanan. Bahkan pihak berwajib setempat menyatakan bahwa kasus Edalji telah final. Hal ini sampai-sampai membuat Sir Arthur Conan Doyle marasa muak dan jijik pada birokrasi pemerintah yang menurutnya sangat mengecewakan.

Referensi : detektifpedia.blogspot.co.id

Eya
Eya Mystery and World History Enthusiast

Posting Komentar untuk "Sir Arthur Conan Doyle dan Kasus George Edalji"