Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Misteri Hilangnya Anak-Anak Keluarga Sodder




Pada tanggal 24 Desember 1945, terjadi kebakaran hebat di kediaman keluarga Sodder di Fayetteville, West Virginia, Amerika Serikat. Kebakaran yang terjadi di malam natal itu membuat rumah keluarga Sodder habis dilalap api. George Sodder dan istrinya Jennie Sodder beserta 4 anak mereka berhasil selamat dari kebakaran tersebut. Namun 5 orang anak mereka menghilang. Bahkan setelah kebakaran usai, mayat ataupun tulang belulang mereka tidak pernah ditemukan..

Hari itu tanggal 24 Desember 1945 seperti kebanyakan keluarga lainnya di Fayetteville, keluarga Sodder menyambut gembira datangnya hari natal. Keluarga Sodder semuanya berjumlah 12 orang, yang terdiri dari sang ayah, George Sodder (50), Jennie Sodder sang ibu, dan 10 orang anak mereka. Yang tertua yaitu Joe tidak lagi tinggal di rumah karena masuk militer. Jadi tinggallah 9 orang anak di rumah yaitu John (23), Marion (17), George Jr. (16), Maurice (14), Martha (12), Louis (10), Jennie (8), Betty (6), dan Sylvia (2).

George Sodder adalah seorang imigran asal Italia yang pergi mengadu nasib ke Amerika. Ia pun akhirnya bertemu wanita yang kemudian menjadi istrinya, yaitu Jennie seorang putri penjaga toko yang juga merupakan keturunan Italia. Setelah menikah mereka kemudian tinggal di Fayetteville di mana memang banyak imigran asal Italia bermukim di sana.

George Sodder menjalankan bisnis batu bara. Ia dibantu oleh dua orang anak laki-lakinya yaitu John dan George Jr. Sementara itu putri tertuanya, Marion Sodder mendapatkan pekerjaan pertamanya di sebuah swalayan di pusat kota Fayetteville.


Kronologi Kejadian

Pada malam natal yang indah itu, Marion pulang dari bekerja membawakan hadiah berupa mainan untuk adik-adik perempuannya yaitu Martha, Jennie, dan Bettie sebagai hadiah natal. Karena senang bukan kepalang mendapatkan hadiah, ketiga gadis cilik itu meminta pada ibu mereka agar dapat pergi tidur agak terlambat dari biasanya.

Sementara itu, dua orang anak laki-laki yaitu Maurice dan Louis yang masih belum pergi tidur diingatkan oleh sang ibu untuk memasukkan sapi-sapi mereka ke dalam kandang dan juga memberi makan ayam-ayam sebelum pergi tidur. Dua orang anak laki-laki yang tertua yaitu John dan George Jr. sudah terlelap sejak tadi karena kelelahan setelah seharian membantu ayah mereka mengurusi bisnisnya. 

Setelah memastikan seluruh pintu rumah telah terkunci, sang ibu, Jennie kemudian menggendong putri bungsunya yaitu Sylvia dan pergi ke lantai atas untuk segera tidur.

Tiba-tiba pada pukul setengah satu pagi, telepon yang berada di ruang kerja George berdering. Jennie bangun kemudian pergi ke ruang kerja yang letaknya di lantai bawah. Ia kemudian menjawab panggilan telepon yang ternyata hanyalah telepon salah sambung. Namun ada keganjilan pada panggilan telepon tengah malam tersebut. 

Menurut cerita Jennie, orang yang menelepon tersebut menanyakan sebuah nama yang sangat tidak familiar. Ia mengatakan pada si penelepon bahwa ia menelepon nomor yang salah, namun sang penelepon justru tertawa-tawa dengan suara yang amat aneh. Jennie kemudian menutup telepon dan kembali ke kamarnya. Ketika menuju ke kamarnya ia melihat Marion tertidur di sofa ruang keluarga sementara lampu masih menyala dan gorden masih terbuka. Ia kemudian berpikir bahwa anak-anak yang lainnya telah tidur di lantai atas.

Setengah jam kemudian yaitu pukul 1 tengah malam, Jennie kembali terbangun. Ia mendengar suara seperti ada sesuatu yang menimpa atap rumah yang kemudian diikuti oleh suara pantulan yang berulang-ulang. Tidak mengindahkan suara tersebut, Jennie kemudian kembali tidur.

Tepat pukul 1 dini hari Jennie terbangun lagi. Namun kali ini ia kaget bukan kepalang karena telah melihat seisi rumah dipenuhi oleh kepulan asap. Asap tersebut ternyata berasal dari ruang kerja George yang ada di lantai bawah. Jennie kemudian membangunkan suaminya, lalu membangunkan Marion yang terlelap di sofa ruang keluarga dan memintanya mengambil Sylvia yang masih tertidur di lantai atas. Jennie dan Marian segera meminta tolong pada tetangga.

Sementara itu George dan dua orang anak laki-laki mereka yang tertua berusaha kembali ke dalam rumah yang sudah dikepung api untuk menyelamatkan lima orang anak yang masih tertinggal di dalam rumah. Mereka berpikir kemungkinan anak-anak itu masih tertidur di atap lantai atas. Namun malang, tangga untuk mencapai lantai atas telah habis dilalap api.

Sementara itu Marion menghubungi pemadam kebakaran Feyetteville namun gagal. Tetangga mereka akhirnya berinisiatif untuk pergi ke kantor pemadam kebakaran. Namun sayangnya, setibanya di sana ia hanya melihat beberapa orang saja yang bertugas. Seorang kepala pemadam kebakaran, F.J Morris mengatakan bahwa sebagian besar personil pemadam telah diberangkatkan pada perang dunia. Sementara itu sisanya telah pulang ke rumah mereka untuk merayakan natal bersama keluarga.

Di lain pihak, George dan kedua putranya terus mencari cara bagaimana agar dapat mencapai kamar di atap lantai atas. Ia kemudian memanjat tembok di sebelah rumah dan berusaha untuk memecahkan kaca jendela. Anehnya, George tidak menemukan seorang pun juga di sana. Ia kemudian berusaha untuk menggunakan truk untuk dapat masuk ke dalam rumah, namun truk tidak dapat dinyalakan.

Anggota keluarga Sodder yang berhasil selamat akhirnya frustasi dan hanya dapat menatap rumah mereka. Mereka berasumsi bahwa kelima anak pastilah sudah meninggal dunia dilalap api. Setelah sekitar 45 menit kemudian, akhirnya api berhasil dijinakkan. 

Saat pagi tiba sekitar pukul 10, petugas pemadam kebakaran yang salah satunya adalah kakak Jennie, akhirnya mulai bekerja untuk mencari para korban. Kepala pemadam kebakaran F.J Morris mengatakan pada George Sodder bahwa mereka tidak berhasil menemukan adanya mayat ataupun tulang belulang seperti lazimnya mayat korban kebakaran. Kelima anak tersebut menghilang bak ditelan bumi.

Proses Penyelidikan



Tidak ditemukan adanya mayat, organ tubuh, maupun tulang-belulang dari para korban membuat kasus ini menjadi misterius. Menghilangnya kelima anak tersebut membuat dugaan mulai mengarah pada adanya suatu tindakan terencana yang telah disusun rapi oleh seseorang.

Pada awalnya, penyidik memastikan bahwa penyebab terjadinya kebakaran di rumah keluarga Sodder tersebut disebabkan oleh adanya konsleting arus listrik yang terjadi akibat kabel-kabel yang telah berusia tua. Namun hal ini dibantah oleh George yang mengatakan bahwa ia belum lama melakukan perbaikan pada rumahnya.

Hal ini juga dibenarkan oleh para warga sekitar yang melihat kejadian tersebut. Menurut mereka, tidak terjadi adanya konsleting listrik karena pada saat kebakaran terjadi, lampu-lampu di ruang lantai bawah dan juga lampu di pohon natal masih menyala. Jadi mereka berkesimpulan bahwa tidak terjadi konsleting listik, lalu apa yang menyebabkan kebakaran di malam natal tersebut.

Sementara itu, terdapat kesaksian dari petugas telepon yang datang memeriksa kabel telepon. Kesaksiannya mengejutkan karena menurutnya, kabel telepon di rumah tersebut terdapat tanda-tanda telah dipotong secara sengaja oleh seseorang.

Ada pula seorang saksi mata yang mengatakan telah melihat sebuah benda dilempar ke atas atap rumah keluarga Sodder pada tengah malam. Diyakini benda tersebut adalah sebuah bom yang dibuktikan dengan ditemukannya sebuah benda menyerupai karet berwarna hijau tiga bulan kemudian di tempat kejadian.

Usaha Keluarga Sodder

Kasus menghilangnya lima orang anak keluarga Sodder sebenarnya sempat terhenti pada tahun 1950. Hal itu dikarenakan kasus ini menemui jalan buntu dan tidak ditemukan adanya bukti atau tersangka pada kasus ini. FBI bahkan telah menyatakan telah menutup kasus ini di tahun 1950.

Namun keluarga Sodder terus berupaya untuk mencari tahu apa sesungguhnya yang terjadi di malam natal 1945 tersebut dan ke mana kelima anak mereka. Mereka kemudian menyewa detektif swasta bernama C.C Tinsley yang berasal dari Guley Bridge. Dari hasil penyelidikan sang detektif diambil kesimpulan bahwa anak-anak ini sebenarnya tidak meninggal dalam peristiwa kebakaran tersebut. Ia meyakini anak-anak tersebut telah diculik oleh seseorang sebelum akhirnya membakar rumah keluarga Sodder. Namun apa motifnya?

Berbekal dari hasil penyelidikan detektif Tinsley tersebut dan keyakinan mereka bahwa kelima anak mereka sebenarnya masih hidup, membuat keluarga Sodder membuat papan pengumuman berupa billboard besar yang berisi sayembara. Sayembara yang memberikan uang sebesar $10000 bagi siapa pun yang berhasil menemukan anak-anak mereka tersebut tentu saja menarik perhatian banyak orang. Walaupun akhirnya tidak ada hasil yang memuaskan yang didapat.

George Sodder dan Jennie Sodder di depan billboard 

Dugaan Tersangka

Sebenarnya beberapa bulan sebelum peristiwa kebakaran menimpa keluarga Sodder, ada seorang agen asuransi yang mendatangi daerah Fayetteville. Namun agen asuransi tersebut ternyata ditolak di seluruh tempat yang ia tawarkan di Fayetteville.


Menurut dugaan detektif C.C Tinsley ada kemungkinan orang yang menawarkan asuransi tersebut yang telah melakukan tindakan pembakaran rumah keluarga Sodder. Apalagi menurut kesaksian warga Fayetteville, mereka mendengar orang yang menawarkan asuransi tersebut mengancam akan membakar dan menghancurkan kehidupan orang-orang di Fayetteville. Namun sayangnya detektif C.C Tinsley tidak berhasil mendapatkan identitas sang agen asuransi tersebut.

Selain orang yang menawarkan asuransi tersebut, ada dugaan lain mengenai tersangka kasus ini. Dugaan itu adalah bahwa anak-anak keluarga Sodder sebenarnya telah diculik oleh para mafia Sissilia. Hal ini berkaitan dengan peristiwa lampau di mana George Sodder merupakan pengkritik keras pada pemerintahan fasis di bawah Mussolini saat itu.

Telah disebutkan sebelumnya bahwa George Sodder adalah pengusaha di bidang batu bara yang berada di bawah tekanan mafia.

Namun hal ini agak aneh, dikarenakan pemikiran apabila memang anak-anak itu telah diculik mengapa tidak ada satu pun dari mereka yang menghubungi pihak keluarga bahkan setelah bertahun-tahun berlalu.

Namun sebuah surat datang pada keluarga Sodder suatu hari setelah 20 tahun peristiwa kebakaran tersebut terjadi. Di dalam surat tersebut terdapat sebuah foto seorang pria yang diyakini adalah Louis Sodder. Di belakang foto pria tersebut terdapat sebuah tulisan "Louis Sodder, i love brother Frankie, ilil boys A90132 or A90135". Tidak terdapat alamat pengirim maupun keterangan lainnya di dalam surat tersebut. Angka 90132 sendiri adalah kode pos yang digunakan untuk kota Palermo, Sisilia saat itu.

Pria yang diduga adalah Louis Sodder

Tidak terdapat titik terang dalam kasus tersebut bahkan hingga George Sodder meninggal dunia pada tahun 1969 dan sang istri yaitu Jennie Sodder menyusul pada tahun 1988 yang lalu. Meskipun sebelum meninggal mereka tetap berkeyakinan suatu hari nanti putra putri mereka dapat ditemukan.

Eya
Eya Mystery and World History Enthusiast

2 komentar untuk "Misteri Hilangnya Anak-Anak Keluarga Sodder"

  1. Kalau diteliti ada celah di kisah ini, 3 anak perempuan setelah mendapat hadiah tidak langsung tidur dan 2 anak laki2 Maurice dan Louis memasukkan sapi2 mereka dan memberi makan ayam sebelum pergi tidur. Lalu sang ibu, Jennie mengecek pintu rumah telah terkunci. Nah mungkin anak2 tsb memang telah meninggalkan rumah sebelum ibunya cek pintu. Ada teori gereja katolik berperan dalam penculikan pada masa2 tsb. Soal agen asuransi dan mafia mungkin itu taktik saja supaya ayahnya dibuat bersalah apalagi ditambah foto Louis dewasa yg seperti sengaja dibuat kode pos di Palermo, Italia.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya baru tahu teori itu Harllie.. Apakah mereka meninggalkan rumah atas kemauan sendiri, entah setelah itu ada yang menghasut mereka, lalu terjadi penculikan. Wah, kalau ditilik lagi jadi menarik ya kasus-kasus unsolved seperti ini.. Oh iya kalau anak yang paling kecil, Betty, masih hidup, usiaya sudah 81 tahun.

      Hapus