Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

The Black Death




Daratan Eropa mengalami masa paling kelam dalam sejarahnya tatkala dilanda wabah misterius dan mengerikan pada abad ke 14. Setiap hari jalanan dipenuhi oleh orang-orang sekarat dan mayat-mayat yang membusuk di mana-mana. Wabah luar biasa ini menjadi penyebab berkurangnya populasi Eropa karena tingkat kematian yang sangat tinggi pada saat itu. Wabah ini dikenal dengan nama The Black Death.

The Black Death boleh jadi adalah wabah paling menghancurkan sepanjang sejarah umat manusia. Wabah ini membunuh sekitar 75 juta hingga 200 juta manusia, dan menyebabkan berkurangnya populasi Eropa hingga 60% banyaknya. Pada awalnya, wabah ini dikenal juga dengan The Great Mortality.

Seorang ahli dari Universitas Paris mempercayai bahwa wabah ini dimulai pada 20 Maret 1345. Saat itu terjadi pertempuran antara kelompok Tatar, Turki yang berperang dengan Italia. Pada pertempuran itu, mereka terjebak dengan wabah mematikan tersebut. Rumor yang berhembus menyatakan bahwa kelompok Tatar mulai melempari mayat pada musuh yang yang melarikan diri ke Itaia dan kemudian membawa wabah ini.

Namun sebenarnya wabah ini berasal dari dataran kering di Asia Tengah. Bakteri bernama Yersenia pestis ini awalnya terdapat pada tikus (black rats) yang kemudian dibawa oleh kutu oriental rat fleas. Kutu ini kemudian hidup dan menjadi parasit pada tubuh manusia.

Orang-orang yang membawa wabah ini kebanyakan adalah para pedagang yang pergi ke Asia Tengah. Wabah kemudian segera menyebar di dek-dek kapal dan orang-orang yang telah tertular wabah ini kemudian membawanya saat mereka kembali ke Eropa. Itulah mengapa kota-kota yang dekat dengan pelabuhan menjadi tempat awal penyebaran wabah mematikan ini.



Wabah The Black Death yang menyebar di Eropa abad ke 14

Pada pertengahan abad ke 14 yaitu tahun 1347 wabah ini mulai menyebar ke seluruh daratan di Eropa. Gejala awal yang dirasakan oleh penderita adalah menggigil, demam, dan sakit kepala. Kemudian disusul dengan lidah yang menjadi keputihan dan terjadinya pembengkakan pada kelenjar getah bening.

Hanya dalam waktu seminggu saja, orang-orang yang terkena wabah ini kulit tubuhnya akan menghitam dikarenakan terjadinya pendarahan pada subdermal. Wabah The Black Death disebut juga  dengan Bubonic Plague. Nama The Black Death diambil karena akibat yang ditimbulkan penyakit ini yaitu kulit menghitam.


kulit penderita The Black Death yang menghitam

Sosok Plague Dokter dan Kostumnya

Salah satu hal menarik pada wabah The Black Death adalah kehadiran sosok dokter yang dikenal juga dengan Plague Doctor yang memakai kostum yang tak biasa. Jadi para dokter yang menangani pasien wabah ini dahulunya menggunakan kostum mirip kostum Haloween serupa burung.

Kostum yang pertama kali diciptakan oleh Charle de L'Orme ini terbuat dari mantel kain berat dan tebal untuk menghindari virus penyakit masuk ke pori-pori kulit, sarung tangan dan sepatu boot kulit serta tak lupa masker berbentuk paruh burung.

Di dalam hidung berbentuk kerucut ini ternyata berguna untuk tempat menyimpan wewangian, karena saat itu ada banyak sekali mayat yang harus diurus setiap waktu. Jadi penggunaan wewangian dapat menangkal atau paling tidak mengurangi bau busuk yang menyengat. Secara keseluruhan kostum ini benar-benar menyerupai burung.

Kostum Doctor Plague
Pada saat itu sebagaian besar tenaga medis menggunakan kostum ini untuk perlindungan diri. Tak mengherankan karena mereka harus berurusan dengan pasien-pasien sekarat dan mayat-mayat yang kemungkinan besar membawa penyakit itu.

Beberapa nama juga menjadi julukan bagi para dokter yang mengenakan kostum ini, antara lain Bird Doctor, The Crow, hingga Death Angel. Julukan terakhir diberikan karena masyarakat percaya bila sosok dokter ini telah mampir ke suatu rumah maka dapat dipastikan akan ada orang di dalamnya yang akan meninggal dalam waktu dekat.

Ilustrasi The Doctor Plague

Selain dari berkurangnya jumlah populasi masyarakat Eropa saat itu, satu hal dampak yang sangat memilukan dari wabah The Black Death ini adalah menurunnya moralias masyarakat. Seorang penulis bernama Giovanni Boccaccio menulis "The Decameron". Ia menggambarkan mirisnya apa yang terjadi di Florence pada tahun 1348 akibat wabah ini. Dalam bukunya itu mengisahkan 10 orang pria dan wanita melarikan diri ke villa di luar kota untuk menghindari wabah ini.

Faktanya yang terjadi di lapangan memang demikian adanya. Kejadian miris ini kebanyakan menimpa rakyat kelas menengah ke bawah. Orang-orang yang berdekatan rumah tidak lagi menyapa tetangganya. Orang tua berhenti mengunjungi anak mereka yang telah tertular. 

Kebanyakan dari mereka yang telah tertular kemudian hanya berdiam diri di dalam rumah karena tidak ada seorang pun yang menolong. Mereka berada di dalam rumah hingga ajal menjemput. Para tetangga juga membiarkan mayat-mayat yang telah membusuk di dalam rumah.

Beberapa penderita wabah juga kebanyakan berakhir sekarat di jalan-jalan kota. Para dokter dan beberapa orang yang peduli kemudian mengambil mayat-mayat yang berada di dalam rumah atau tergeletak di jalanan untuk kemudian dikuburkan secara massal.

Proses penguburan pada jasad-jasad korban wabah The Black Death

Eya
Eya Mystery and World History Enthusiast

Posting Komentar untuk "The Black Death"