Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

The Baker Street Bank Robbery : Perampokan Aneh yang Mirip Kasus Sherlock Holmes




Sekelompok kawanan perampok berhasil membobol salah satu bank terkenal di Inggris pada tahun 1971. Anehnya kasus perampokan ini sangat mirip dengan sebuah kasus dalam novel detektif terkenal karangan Sir Arthur Conan Doyle, Sherlock Holmes yang berjudul Red-Headed League. Selain itu juga kasus ini menyimpan keganjilan yang tak terjawab dan masih misterius hingga kini..

Bagi penggemar novel Sherlock Holmes karangan Sir Arthur Conan Doyle pastilah tak asing dengan salah satu kasus dalam novel detektif tersebut, Red-Headed League atau Kumpulan Orang Berambut Merah.

Baca juga : Sir Arthur Conan Doyle dan Kasus George Edalji

Dalam kasus tersebut dikisahkan ada seorang pria yang melamar pekerjaan pada sebuah toko di mana pemiliknya memiliki rambut berwarna merah. Dengan sebuah alasan dan tipu muslihat, sang karyawan tersebut berhasil membujuk sang pemilik toko untuk melamar dalam Kumpulan Orang Berambut Merah yang ternyata perekrutnya adalah teman dari sang karyawan tadi.

Red-Headed League dalam novel Conan Doyle

Sang pemilik toko tersebut digaji mahal hanya untuk sebuah pekerjaan mudah, menyalin ensiklopedia. Tipuan ini rupanya tak lain hanya agar sang pemilik toko pergi dari toko tersebut untuk memuluskan niat sang karyawan tadi membuat terowongan di dalam toko yang menuju ke sebuah bank yang berada tak jauh dari lokasi toko tersebut. Namun dalam kisah ini, aksi sang perampok bersama dengan temannya tersebut berhasil digagalkan oleh Sherlock Holmes.

Rupa-rupanya kisah tadi nyaris sama persis dengan sebuah perampokan yang terjadi di Inggris pada 11 September 1971. Kawanan perampok berhasil membobol Bank Lloyds yang terletak di Baker Street dan menyebabkan kerugian hingga 30 juta poundsterling. Para perampok tersebut menyewa sebuah toko yang hanya berjarak beberapa meter dari bank, dan menggali sebuah terowongan bawah tanah selama berminggu-minggu sebelumnya.

Pada tengah malam tanggal 11 September 1971 sekitar pukul 11 malam, Robert Rowland sedang berkomunikasi lewat radio. Saat itu ia hendak menghubungi seorang temannya saat tanpa sengaja Rowland  mendengar percakapan walkie-taklie milik orang lain di sambungan komunikasinya. Ia tak sengaja mendengar percakapan yang berisikan rencana perampokan sebuah bank.

Robert Rowland

Mendapati hal ini, Rowland segera saja menghubungi polisi. Namun sayangnya Rowland saat itu tak mengetahui bank mana yang akan dirampok sehingga membuat polisi lambat menindaklanjuti laporan tersebut.

Dua jam kemudian Rowland melaporkan hal ini pada Scotland Yard yang kemudian mengirimkan seorang petugas yang langsung bergerak ke apartemen Rowland di Wimpole Street. Rowland sendiri yakin bahwa perampok tersebut berada tak jauh dari lokasi apartemennya, hanya sekitar 1 mil, karena sinyal transmisi radionya maksimal dapat menangkap komunikasi dari jarak tersebut. Namun pihak penyelidik bersikeras untuk memperluas wilayah pencarian hingga 10 mil.

Dengan jarak yang sedemikian besar, maka otomatis bank yang harus diperiksa juga bertambah banyak. Tak kurang dari 100 bank yang berada di radius 10 mil tersebut harus diperiksa. Belum lagi mengenai ijin yang harus dikantongi pihak kepolisian sebelum melakukan pemeriksaan pada bank-bank tersebut membuat proses penangkapan kawanan perampok ini menjadi semakin memakan waktu.

Mirisnya lagi adalah polisi-polisi yang mendatangi bank-bank tersebut hanya melakukan pemeriksaan luar dan memastikan pintu tempat ruangan penyimpanan tertutup rapat dan tak ada tanda-tanda telah dibongkar. Mereka sama sekali tidak menduga bahwa kawanan perampok itu telah menggali terowongan di bawah bangunan bank.

Keesokan harinya barulah mereka sadar bahwa Bank Lloyds yang berada di Baker Street lah yang menjadi incaran para perampok. Tak kurang dari 260 kotak deposit milik para nasabah berhasil dibongkar. Perampok berhasil membawa kabur uang tunai, perhiasan-perhiasan berharga, batu permata, hingga barang-barang pribadi milik klien bank yang sebagian besar adalah bangsawan dan pejabat penting.

Lloyds Bank

Peristiwa ini tak ayal membuat kepanikan luar biasa di Inggris dan membuat industri perbankan di sana goyah pada saat itu.

Setelah diselidiki rupanya para perampok telah menyewa sebuah toko yang hanya berjarak beberapa meter saja dari Bank Lloyds, yaitu tepatnya toko SAC. SAC sendiri adalah toko yang menjual barang-barang kulit. Dari toko itulah diketahui bahwa kawanan perampok telah melakukan penggalian selama berminggu-minggu untuk membuat sebuah jalan rahasia menuju ke tempat penyimpanan di Bank Lloyds.

Jarak antara Lloyds Bank dan Toko SAC hanya 40 kaki

Untuk menghindari kecurigaan orang-orang sekitar yang dapat mendengar aktivitas mereka, para perampok yang menyamar menjadi penjual barang kulit itu melakukan penggalian hanya pada hari minggu ketika toko-toko di sekitar sedang tutup. Oleh karena itu proses penggalian memakan waktu hingga lebih dari 3 bulan.

Hal yang aneh dalam kasus ini adalah ternyata salah satu perampok yang menyewa tempat tersebut menggunakan nama aslinya. Selain itu juga setelah empat hari kasus ini menjadi berita besar di Inggris, tiba-tiba saja berita tentang perampokan bank ini lenyap begitu saja dari media. Apa yang sebenarnya terjadi?

Salah satu dari perampok tersebut yang menggunakan nama aslinya saat menyewa toko SAC adalah seorang pria bernama Benjamin Wolfe (66). Padahal bila dicermati, untuk kasus yang cukup kompleks dan cerdas seperti ini bagaimana mungkin kawanan ini bisa begitu ceroboh menggunakan nama asli. Seolah-olah mereka memang ingin ditemukan.

Wolfe sendiri adalah seorang penjual barang kulit di Dovercourt Road, East Dulwich. Begitu diselidiki, polisi tak kesulitan untuk membongkar identitas tiga perampok lainnya. Mereka adalah Reginald Samuel Tucker (37), Anthony Gavin (38), dan Thomas Gray Stephen (35). Keempat orang ini semuanya tidak pernah memiliki catatan kejahatan besar sebelumnya.

Namun anehnya tidak pernah diketahui kapan keempat orang ini berhasil ditangkap karena tiba-tiba setelah berita mengenai perampokan ini lenyap begitu saja. Pada Januari 1973 keempat orang ini diberitakan di surat kabar The Times London. Keempatnya juga diadili di persidangan Old Bailey dan dinyatakan bersalah dan mendapatkan hukuman penjara. Ada apa sebenarnya di antara jeda waktu tersebut?

Banyak yang berspekulasi bahwa di awal-awal merebaknya kasus ini polisi mengeluarkan Defence Notice, yaitu surat perintah yang ditujukan kepada editor berita agar menghentikan sebuah pemberitaan untuk tujuan keamanan nasional. Itulah sebabnya kasus ini kemudian menghilang tiba-tiba dari pemberitaan mana pun.

Keanehan lainnya adalah menyangkut barang-barang hasil rampokan. Tidak ada satu pun hasil rampokan tersebut yang berhasil ditemukan.

Sebuah teori yang cukup terkenal sekaligus memicu kontroversi mempercayai bahwa sebenarnya di salah satu kotak deposit yang hilang itu terdapat foto tak senonoh salah satu anggota kerajaan Inggris, yang diduga adalah Putri Margaret yang tak lain adalah adik Ratu Elizabeth II. Foto yang akan memicu skandal ini rupanya disimpan oleh seorang pria bernama Michael X di Bank Lloyds dengan tujuan untuk memeras dan mengancam keluarga kerajaan.

Putri Margaret

Hal ini pulalah yang sepertinya tambah meyakinkan orang-orang bahwa sebenarnya intelijen Inggris berada di belakang peristiwa perampokan Bank Lloyds. Sepertinya intelijen ini ditugasi untuk mengambil foto tersebut dan mencegahnya terekspos ke publik.

Bahkan setelah bertahun-tahun berlalu keempat perampok itu juga tetap tutup mulut akan apa sebenarnya yang terjadi, menjadikan kasus perampokan yang disebut-sebut terinspirasi dari novel Sherlock Holmes ini meninggalkan misteri yang tak terpecahkan.

Sebuah film yang terinspirasi dari kisah nyata ini dirilis tahun 2008 yaitu "The Bank Job" yang dibintangi oleh Jason Statham.

Eya
Eya Mystery and World History Enthusiast

Posting Komentar untuk "The Baker Street Bank Robbery : Perampokan Aneh yang Mirip Kasus Sherlock Holmes"